Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sejatinya masih di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 53,07. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 10,5. Sudah di bawah 20, yang berarti masuk area jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, ada kemungkinan harga emas akan bangkit. Target resisten terdekat adalah US$ 2.404/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.441/troy ons berpotensi menjadi target selanjutnya.
Sementara target support terdekat ada di US$ 2.359/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas melorot ke arah US$ 2.342/troy ons.
Penyebab Kejatuhan Harga Emas
Kejatuhan harga emas disebabkan oleh rilis notula rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Dalam rapat terakhir, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5,5%. Ini adalah yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
‘Suasana kebatinan’ dalam rapat tersebut yang membuat harga emas anjlok. Sejumlah anggota Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai proses penurunan inflasi atau disinflasi masih berjalan lambat.
“Para peserta memandang bahwa inflasi akan kembali ke target 2% dalam jangka menengah. Namun, disinflasi mungkin akan berlangsung lebih lama dari perkiraan semula,” ungkap notula itu.
Bahkan, sejumlah peserta rapat menyatakan masih ada ruang untuk menaikkan suku bunga acuan jika dibutuhkan. “Beberapa peserta menyebut keinginan untuk mengetatkan suku bunga kebijakan lebih lanjut jika risiko inflasi terwujud, sehingga upaya itu menjadi layak (appropriate),” lanjut risalah rapat tersebut.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
“Harga emas terpangkas karena risalah rapat The Fed mengingatkan kita bahwa penurunan suku bunga masih jauh dari kata segera. Ada kemungkinan harga emas akan menyentuh level support US$ 2.355/trot ons,” tegas Tim Waterer, Chief Market Analyst KCM Trade, seperti diberitakan Bloomberg News.
(aji)