Namun, ia menyampaikan bahwa penurunan BI Rate tidak akan sebesar penurunan Fed Fund Rate (FFR). Selain itu, penurunan BI Rate juga diprediksi berjalan lebih lambat dibanding penurunan suku bunga The Fed.
“Kami perkirakan siklus penurunan bunga dalam negeri akan terkait erat dengan suku bunga The Fed, perkiraan kami apabila Fed menurunkan suku bunga di kuartal III tahun ini maka ada ruang untuk BI Rate juga turun,” kata Helmi.
Meski demikian, tetap saja hal itu baru dapat terjadi apabila inflasi dalam negeri terjaga baik hingga akhir tahun. Pihaknya memprediksi bahwa inflasi RI akan berada di bawah 3% pada tahun ini.
“Perkirakan kami di akhir tahun [inflasi] dibawah 3% dan kita lihat di April kemarin dan berlanjut di Mei harga-harga makanan terutama beras itu juga sudah mulai turun,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi. Namun di sisi lain, peluang penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) meningkat.
"Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek ekonomi AS yang kuat. Ditopang oleh permintaan domestik termasuk kebijakan fiskal yang akomodatif dan kenaikan ekspor," kata Perry dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei, Rabu (22/5/2024).
Inflasi AS, lanjut Perry, masih tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat tersebut. Akan tetapi, laju inflasi melambat ketimbang Maret.
"Perkembangan inflasi ini meningkatkan kemungkinan penurunan Federal Funds Rate pada akhir 2024," ujarnya.
(azr/lav)