Akademisi penerbangan dan pilot komersial Guy Gratton mengatakan turbulensi juga dapat terjadi di sekitar arus jet, yang merupakan "sungai" udara yang mengalir cepat di ketinggian tertentu. Perbedaan kecepatan udara di sekitar arus jet dan di sekitarnya dapat menyebabkan turbulensi.
Bahaya Turbulensi
Meskipun pesawat dirancang untuk menahan guncangan terparah akibat turbulensi, hal itu tidak berarti tidak ada bahaya yang terkait. Turbulensi parah bisa menyebabkan penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman terlempar di seluruh kabin. Namun, kematian atau cedera serius karena turbulensi masih jarang terjadi.
Bagaimana Pilot Menangani Turbulensi?
Pilot memperoleh perkiraan penerbangan khusus sebelum lepas landas, termasuk data meteorologi. Mereka juga bisa mendapatkan informasi tentang turbulensi dari pesawat yang telah terbang di rute yang sama sebelumnya. Dengan informasi ini, pilot dapat mencoba menghindari area turbulensi atau memperlambat pesawat untuk mengurangi dampaknya.
Penumpang disarankan untuk tetap memakai sabuk pengaman selama penerbangan. Selalu dengarkan instruksi dari awak pesawat dan ikuti petunjuk keselamatan yang diberikan.
Apakah Turbulensi Lebih Sering Terjadi?
Beberapa peneliti percaya bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya turbulensi. Selain itu, peningkatan jumlah penerbangan juga dapat mempengaruhi frekuensi turbulensi.
Dengan langit yang semakin ramai, keputusan pilot untuk menghindari turbulensi menjadi lebih rumit. Mereka harus mempertimbangkan faktor lain, seperti menjaga jarak aman dari pesawat lain di sekitarnya.
Turbulensi adalah bagian alami dari penerbangan yang sulit dihindari sepenuhnya. Meskipun bisa menakutkan, risiko serius akibat turbulensi masih jarang terjadi. Dengan pemahaman yang tepat dan tindakan pencegahan yang sesuai, penumpang dan kru pesawat dapat menjalani penerbangan dengan lebih aman dan nyaman.
(red/ros)