Logo Bloomberg Technoz

Audi berpendapat rencana merger tersebut akan membuat EXCL berpeluang lebih efektif untuk menjadi pengendali. Hal itu berdasarkan valuasi perusahaan yang masih jauh lebih dibandingkan FREN.

"Di sisi lain, FREN juga akan diuntungkan dengan akses sumber daya yang membantu pertumbuhan dan ekspansi," tuturnya.

Tak berbeda jauh, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, Lionel Priyadi pun mengatakan jika emiten Axiata Group Bhd juga berpotensi menjadi pengendali. Lionel mengatakan itu tecermin dari valuasi aset dan ekuitas EXCL yang masih lebih unggul dibandingkan FREN.

Hingga kuartal I 2024, total aset EXCL tercatat sebesar Rp87,98 triliun. Sementara itu, total aset FREN tercatat sebesar Rp45,04 triliun hingga akhir 2023.

"Jadi pengendali paling besar seharusnya XL," ujar Lionel.

"Dibandingkan FREN, performa keuangan EXCL lebih baik dan lebih cocok menjadi pengendali utama perusahaan."

Potensi Tender Offer

Dalam MoU rencana merger yang diteken pekan lalu, penandatanganan dilakukan oleh Axiata Group Berhad. Adapun pengendalian EXCL dilakukan melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. 

Kemudian dari FREN, penandatanganan dilakukan oleh tiga pihak, yakni PT Wahana Inti Nusantara, PT Global Nusa Data, dan PT Bali Media Telekomunikasi. Ketiga entitas ini merupakan kepanjangan tangan Grup Sinarmas untuk pengendalian FREN.

Nantinya, merger tersebut akan menghasilkan satu perusahaan bernama MergeCo.

Penandatangan perjanjian oleh para pengendali perusahaan itu juga kini memunculkan isu baru, terkait kewajiban tender offer.

Ilustrasi XL Axiata. (Dok: Bloomberg)

Berdasarkan informasi dari pelaku pasar yang mengetahui rencana ini, merger FREN dan EXCL akan membuat Axiata Group melakukan mandatory tender offer sebagian sahamnya di publik.

Sementara itu, FREN akan melakukan langkah ini untuk seluruh saham publik, tambah informasi tersebut. FREN dikabarkan bukan menjadi survival entity usai merger dengan EXCL.

"Jika berdasarkan statement itu, maka kami berpandangan EXCL bertujuan mendapatkan kendali dengan strategi tanpa mengambil alih perusahaan sepenuhnya," ujar Audi.

Meski demikian, Audi juga tak menampik jika FREN juga memiliki target untuk dapat menjadi pengendali perusahaan masih merger tersebut

Hingga akhir kuartal I 2024, EXCL telah mengoperasikan sebanyak sekitar 163.000 BTS. Ini mengalami peningkatan 3.000 BTS atau tumbuh 9,% secara tahunan.

"Sementara itu, FREN mengoperasikan sebanyak 46.000 BTS sepanjang tahun lalu. Dengan demikian, jika terjadi merger maka jumlah BTS yang beroperasi dapat mencapai sekitar 216.000 BTS."

Tegaskan pengendalian bersama

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan FREN James Wewengkang sebelumnya mengatakan hingga kini rencana transaksi itu masih dalam tahap awal.

Tanggapan itu juga sebagai respons perusahaan untuk menjawab ihwal potensi pengendalian perusahaan hasil merger tersebut.

"Masih dalam tahap awal proses evaluasi dan entitas gabungan direncanakan untuk dikendalikan bersama berdasarkan syarat tata kelola yang akan didiskusikan dan dirinci lebih lanjut,” kata James dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/5/2024).

Ilustrasi Smartfren. (Dok. Smartfren)

Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Perusahaan EXCL Ranty Astary Rachman juga menegaskan rencana merger kedua perusahaan itu masih berada dalam tahap evaluasi awal, dengan masing-masing tetap ingin menjadi pengendali dari MergeCo.

"Sebagaimana yang disampaikan oleh Axiata dalam siaran persnya, tidak ada kepastian bahwa diskusi yang berjalan saat ini akan menghasilkan suatu kesepakatan yang mengikat dan tidak pula penyelesaian dari rencana transaksi," jelas Ranty.

(ibn/ain)

No more pages