Logo Bloomberg Technoz

"Kim telah mengkondisikan masyarakat internasional untuk bisa menerima senjata nuklir negaranya sehingga peluncuran rudal-rudal itu menjadi kegiatan rutin dan menjadi bagian dalam membuat kesepakatan dengan Korut," ujar Soo Kim, mantan analis masalah Korea di CIA yang kini menjadi konsultan swasta.

"Meskipun kedengaran aneh, saat ini kita ada di titik di mana sangat sulit bagi kita untuk 'hidup tanpa senjata nuklir Korut'," tambahnya. 

Presiden AS Joe Biden berulang kali memberi tahu Pyongyang bahwa pintu perundingan nuklir yang terhenti sejak lama masih terbuka. Namun, Kim Jong Un menolak tawaran itu dan meningkatkan aksi provokasi ke tingkat yang tidak pernah terjadi sejak periode 2017 saat negara itu meminta AS menghentikan latihan militer dengan sekutunya. 

Kemampuan Korut melakukan serangan nuklir telah berkembang pesat sehingga sejumlah pakar meminta negara itu untuk diperhitungkan sebagai negara yang memiliki kemampuan senjata nuklir.

Sebutan baru ini akan mengubah kebijakan AS yang ingin mencegah negara itu menjadi kekuatan nuklir dunia sekaligus mencoba meminta Korut mengakhiri program pembuatan senjata nuklir. 

Hingga saat ini belum ada pertanda Biden akan mendeklarasikan Korut sebagai negara kekuatan nuklir dunia. 

Sementara itu, Korut terus bergerak maju. Maret ini, negara tersebut melakukan uji coba senjata nuklir yang dipasang di rudal yang bisa mencapai seluruh wilayah Korea Selatan dan bagian barat wilayah Jepang. 

Korut merilis foto-foto yang memperlihatkan senjata itu meledak beberapa ratus meter di atas target dengan menyatakan bahwa uji coba itu memverifikasi "kemampuan operasional alat pengendali ledak nuklir."

Kim Jong Un Pimpin Simulasi Serangan Balik Nuklir Selama 2 Hari (Sumber: Bloomberg)

Meski negara itu memperlihatkan bahwa rudalnya bisa terbang hingga wilayah Amerika Serikat, masih ada pertanyaan terkait apakah hulu ledak nuklir masih akan utuh ketika masuk kembali ke atmosfir dan mencapai targetnya. 

Laporan dari Institut Analisis Pertahanan Korea di Seoul yang diterbitkan Januari lalu menyebutkan bahwa Korut diperkirakan memiliki sekitar 80-90 hulu ledak nuklir. Laporan itu juga menyebutkan bahwa dalam jangka panjang negara ini berencana memilki antara 100-300 buah hulu ledak nuklir. 

Jumlah ini termasuk kecil dibandingkan dengan negara-negara yang telah menyatakan memiliki senjata nuklir, namun Kim Jong Un berhasil memodernisasi rudal dan sistem pengirimannya untuk memastikan bom tersebut bisa mencapai target. 

Menurut George William Herbert dari Institut Studi Internasional Middlenbury, foto-foto hulu ledak nuklir terbaru ini memperlihatkan ada peningkatan pada ukuran dan kemungkinan kecanggihan desain, dibanding senjata nuklir milik Korut sebelumnya. Selain itu, negara itu berupaya mengubah desain luar sehingga bisa dipasang di rudal terbaru milik mereka. 

"Memiliki satu desain yang bisa diletakkan di berbagai platform adalah rekayasa yang sangat efisien dan kemungkinan akan terus berkembang di masa depan," ujar Herbert dalam sebuah email.

Korut juga merilis foto Kim berdiri di depan poster berbagai jenis rudal yang bisa dipasang hulu ledak nuklir.

"Senjata-senjata itu kemungkinan hanya contoh, tapi penegasan bahwa mereka sedang membuatnya dalam jumlah banyak dan akan dipasang di berbagai jenis senjata peluncur bisa dipercaya," ujarnya.

Kekhawatiran lain dari Korut salah satunya adalah pengembangan untuk meminiaturkan perangkat termonuklir mereka yang dapat dipasang pada lebih banyak jenis senjata dan meningkatkan daya ledak nuklir.

Kekhawatiran lainnya adalah tes perangkat nuklir baru. Korut adalah satu-satunya negara di abad ini yang melakukan peledakan fisik senjata nuklir. Negara dengan nuklir lainnya memilih menggunakan simulasi komputer untuk menguji efisiensi perangkat mereka.

(bbn)

No more pages