Dalam beberapa bulan terakhir, Berkshire juga berinvestasi di Ally Financial, American Express dan Bank of America. Sementara di sektor konsumer, selain menjual 10 juta saham Apple pada Februari lalu, sebelumnya Buffet juga menjual 80 juta saham Hewlett Packard (HP) pada kuartal akhir 2023.
Berkshire terikat perjanjian kerahasiaan untuk tidak mengungkap detail transaksi kepemilikan saham selama dua kuartal karena langkah transaksinya bisa mempengaruhi pergerakan harga karena nilai kepemilikan yang besar. Pembelian saham Chubb tersebut juga tidak didiskusikan pada pertemuan tahunan Berkshire di Omaha awal Mei lalu. Segera setelah informasi pembelian Buffet atas saham Chubb, harga saham perusahaan asuransi itu langsung melesat 8% pada 17 Mei lalu.
Di Indonesia, para pelaku pasar mengenal Lo Kheng Hong, investor individu yang memiliki portofolio saham triliunan rupiah dan sering disebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia.
Antisipasi resesi
Langkah Buffet yang menumpuk uang tunai dalam nilai fantastis, hasil dari penjualan aset-aset berisiko dari saham-saham teknologi dalam portofolio, melempar sinyal kekhawatiran terhadap risiko resesi seiring dengan permintaan minyak yang lesu, sinyal Federal Reserve yang masih hawkish ditambah pemulihan ekonomi China yang masih terlihat goyah.
Analisis terbaru yang dilansir oleh Bloomberg Intelligence Selasa (21/5/2024), menunjukkan, semakin dalamnya kurva imbal hasil Treasury yang terbalik (inverted curve) bisa menjadi sinyal peringatan adanya masalah ke depan terkait permintaan minyak dunia dan risiko resesi, menurut Henik Fung, Analis Senior Bloomberg Intelligence.
Selisih imbal hasil antara Treasury 3 bulan dibanding 10 tahun yang semakin lebar di tengah pemulihan ekonomi China yang tidak meyakinkan, inflasi AS yang masih tinggi dan ketegangan di Timur Tengah, akan membawa pertumbuhan ekonomi global tidak kemana-mana.
"Semakin negatif yield spread antara UST-3 bulan dan 10Y menunjukkan pemotongan bunga The Fed mungkin lebih jauh dari perkiraan. Higher for longer dapat menyalakan risiko resesi dan melemahkan ekonomi global di mana keduanya menjadi ancaman substansial bagi harga minyak dunia dan komoditas lain," jelas Fung.
Selisih imbal hasil dua tenor itu tercatat negatif selama 553 hari kalender sejak 8 November 2022 hingga 14 Mei lalu. Sedangkan tenor 2Y dan 10Y mencatat tren serupa selama 680 hari kalender.
"Kurva imbal hasil yang berbalik pada April bisa dibaca sebagai sikap skeptis para investor merespon atas pernyataan penurunan bunga acuan The Fed selama 2024, menunjukkan bahwa bila The Fed menghadapi pertarungan penjinakkan inflasi yang lebih lama dan lebih sengit dari perkiraan, maka jalur menuju resesi akan semakin pendek," jelas Fung.
Bila lanskapnya dipersempit dalam perekonomian AS saja, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$27,36 triliun pada 2023, mungkin belum kedap sepenuhnya dari risiko resesi buntut dari pengetatan secara agresif oleh Federal Reserve demi menjinakkan inflasi tertinggi empat dekade.
Menurut analisis Piper Sandler, resesi terjadi rata-rata 10 kuartal setelah The Fed memulai siklus kenaikan bunga acuan. Namun, di masa lalu, bisa terjadi hingga 16 kuartal kemudian, menurut Nancy Lazar, Kepala Ekonom Piper Sandler yang juga salah satu pendiri Cornerstone Macro and ISI, seperti dilansir dari Business Insider, Senin (20/5/2024).
Angka pengangguran terpantau melonjak di 19 negara bagian membuat lonjakan pengangguran secara nasional di negeri paman sam hampir tidak bisa dihindari, kata Lazar.
"Ada potensi yang sangat besar akan terjadi resesi. Perekonomian saat ini terlihat sangat berisiko di mana bank memperketat kebijakan pemberian kredit dan nasabah jelas akan mendapatkan bunga lebih tinggi, sulit bagi perekonomian mendapatkan 'soft landing'. Yang ada adalah hard landing, resesi," katanya.
Lazar membeberkan data, 19 negara bagian di Amerika yang mewakili 40% PDB, telah mencatat kenaikan rata-rata tingkat pengangguran sedikitnya 0,5 poin persentase dalam tiga bulan terakhir.
(rui)