Di dalam negeri, papar Josua, data inflasi Indonesia pada April 2024, bertepatan dengan perayaan Idulfitri, mulai menurun. Dampak musiman dari peningkatan permintaan diimbangi oleh peningkatan pasokan makanan karena musim panen.
Namun demikian, lanjut dia, risiko dari eksternal dan domestik tetap ada. Risiko secara global, sinyal dari banyak pejabat the Fed masih menunjukkan sinyal bahwa The Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR), meskipun proses disinflasi di AS masih berlanjut.
"Hal ini dapat membatasi sentimen risk-on yang saat ini meningkat dan dengan demikian membatasi potensi aliran modal masuk," kata Josua.
Risiko dari dalam negeri, penyempitan surplus perdagangan yang berimplikasi pada pelebaran defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I 2024 juga menjadi perhatian. Hal ini disebabkan oleh risiko pelebaran defisit yang berlanjut pada kuartal II 2024, terutama didorong oleh pola musiman dari puncak pembayaran instrumen keuangan Indonesia kepada non-residen di setiap kuartal kedua.
Oleh karena itu, permintaan domestik terhadap dolar AS tetap tinggi, sehingga menimbulkan risiko terhadap stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
(lav)