Meski demikian, ia tetap menilai Indonesia masih belum mampu tumbuh sebesar 6% pada tahun mendatang. Padahal, tahun 2025 merupakan pijakan awal Indonesia menuju negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045.
Ia juga menyebut, sisi investasi, produktivitas, dan efisiensi di berbagai lini masih perlu ditingkatkan oleh pemerintahan Prabowo. Tak sampai situ, ia juga menekankan bahwa pemerintah baru perlu melakukan penyesuaian anggaran-anggaran prioritas.
“Itu akan mengubah produktivitas dan perubahan, shifting (beralih) atau adjustment (menyesuaikan) dari sektor ke sektor itu mempengaruhi pertumbuhan,” ungkapnya.
Sementara itu, Chief Ekonom Bank DBS Taimur Baig mengatakan untuk mengkerek pertumbuhan ke level 6%-8%, diperlukan perencanaan dan realisasi investasi yang belum pernah terjadi pada sejarah Indonesia.
Ia menjelaskan, investasi yang dimaksud bukan hanya untuk 2-5 tahun kedepan tetapi untuk 10-15 tahun mendatang yakni dalam pembangunan infrastruktur transportasi, infrastruktur manufaktur, infrastruktur listrik, dan juga investasi di bidang pendidikan.
Selain itu, apabila perekonomian negara tumbuh terlalu cepat, ia menilai bahwa terdapat potensi terjadi peningkatan yang sangat besar dalam impor dan defisit neraca transaksi berjalan.
“Hal ini dapat menyebabkan kenaikan inflasi yang sangat besar. Hal ini dapat menyebabkan overheating di pasar aset, gelembung ekuitas properti, dan sebagainya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah stabilitas keuangan,” ucap Taimur.
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,1%-5,5%. Hal ini tercantum dalam Rancangan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (REM-PPKF) RAPBN 2025 yang diserahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada DPR RI dalam Sidang Paripurna, Senin (20/5/2024).
Jika diamati, target pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari target pemerintah dalam REM-PPKF yang diumumkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pada Februari lalu, yakni 5,3%-5,6%.
"Kami optimistis, dengan kerja keras dan komitmen bersama dalam menjaga stabilitas ekonomi serta komitmen untuk melakukan terobosan kebijakan, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas yang pada tahun 2025, diperkirakan berada pada kisaran 5,1% - 5,5%," ujar Sri Mulyani, Senin (20/5/2024).
(azr/lav)