Kendati demikian, Harwendro menggarisbawahi langkah penghiliran industri pertambangan mineral logam di Indonesia bermanfaat karena bisa meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan.
Selain itu, penghiliran juga membuat Indonesia bisa meningkatkan posisi tawar atau bargaining position di dunia internasional. “Dengan begini, kan negara jadi melihat Indonesia [bahwa] ‘Oh ternyata Indonesia itu punya peran strategis di dunia’.”
Untuk diketahui, Hashim melakukan ekspansi bisnis ke pabrik olahan timah bernama PT Solder Tin Andalan Indonesia dengan total investasi mencapai Rp400 miliar. Pabrik tersebut berlokasi di Kawasan Industri Tunas Prima Blok B1 No 03, Batu Besar, Kota Batam.
Adapun, investasi sebesar Rp400 miliar ini terbagi atas Rp100 miliar untuk fisik bangunan dan Rp300 miliar modal kerja. Perusahaan akan mempekerjakan 80 karyawan tetap dan 200 tenaga kontrak.
Sebelumnya, Harwendro juga menyinggung pabrik olahan tersebut bakal dibangun di Batam, yang merupakan kawasan dengan banyak industri elektronik. Dengan demikian, hasil produksi dari pabrik solder timah tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.
Selain itu, Harwendro mengatakan baru saja mengikuti agenda dari International Tin Association. Dalam agenda tersebut, harga timah diproyeksikan bakal stabil bertengger pada level US$30.000/ton atau lebih di LME.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi Indonesia dinilai berkontribusi sebagai faktor yang paling memengaruhi karena posisinya sebagai salah satu pengekspor timah terbesar di dunia.
Mengutip data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Babel, rata-rata besaran ekspor timah Indonesia mencakup 20%—30% dari total kebutuhan timah dunia yang mencapai 200.000 ton per tahun.
Hingga Maret 2023, nilai ekspor timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai US$225,8 juta atau setara Rp3,5 triliun (asumsi kurs Rp15.679,35).
Selain penghiliran timah, upaya penegakan hukum di PT Timah Tbk (TINS) oleh Kejaksaan Agung juga memengaruhi pasokan timah dunia.
“Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia, di Kejaksaan Agung. Nah itu memengaruhi sekali harga LME. Sementara [PT] Timah tetap produsen penambang terbesar timah di dunia, tetapi dia diserap secara domestik, lebih banyak diserap domestik,” ujarnya.
Selanjutnya, Harwendro mengatakan terdapat setidaknya 10 perusahaan yang belum mendapatkan persetujuan ekspor hingga Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang menghambat produksi dan ekspor timah.
Selain itu, beberapa peristiwa di negara penghasil timah terbesar seperti Myanmar dan Brasil yang juga berdampak pada pasokan timah dunia.
“Belum lagi di Myanmar juga masih belum stabil, masih perang saudara. Kemudian masih belum jelas juga kebijakan pemerintah Brasil mengenai pertambangan. Nah itu juga mempengaruhi harga LME, tetapi yang paling berpengaruh besar itu yang di Indonesia,” ujarnya.
(dov/wdh)