Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas dunia terus memperbarui rekor tertinggi bahkan diperkirakan akan bisa menjebol level termahal sepanjang sejarah di US$2.500 per troy ounce, terutama bila pemangkasan bunga acuan Federal Reserve benar-benar terjadi. Sebaliknya, bila bunga tinggi global masih bertahan lebih lama, emas mungkin akan tergerus. Namun, kekhawatiran akan terjadinya resesi bila pengetatan moneter dilanjutkan terlalu lama, juga dapat mengungkit harga emas ke depan.
Dalam berbagai ketegangan sentimen itu, pamor logam mulia berharga ini tak terbendung termasuk dampaknya ke harga emas di pasar domestik. BUMN tambang, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membanderol emas di harga termahal di Rp1.363.000 per gram pada Senin kemarin dan hari ini, Selasa (21/5/2024), harga emas batangan yang dijual oleh Antam melorot sedikit jadi Rp1.358.000 per gram. Adapun harga beli kembali (buyback price) yaitu harga acuan bila pemegang emas hendak menjual emasnya lagi pada Antam, hari ini bertengger di Rp1.251.000 per gram.
Pecah rekor berulang kali dari komoditas logam favorit ritel ini mungkin telah menggoda banyak kalangan untuk mulai masuk mengoleksi dengan harapan harganya semakin tinggi ke depan sehingga bisa meraup untung dari selisih harga beli saat menjualnya kelak. Namun, benarkah masuk membeli emas di kala harganya sudah begitu mahal saat ini merupakan langkah yang tepat? Juga, lebih menarik berinvestasi di emas batangan atau membeli perhiasan?

Dengan kini harga buyback sudah di Rp1,25 juta per gram, para pembeli emas setahun silam yaitu pada 21 Mei 2023, sudah mengantongi kenaikan nilai investasi 18,46%. Sementara bila emas sudah dibeli sejak 2019 ketika harga jual emas Antam masih di kisaran Rp762.000 per gram, maka apabila Anda menjualnya sekarang, ada potensi keuntungan sebesar 64,1%. Persentase keuntungan bisa lebih besar lagi bila yang hendak Anda jual adalah koleksi emas sejak 10 tahun lalu yaitu pada Mei 2014 saat harganya masih di Rp532.000 per gram. Keuntungan dari kenaikan nilai emas mencapai 135% atau rata-rata 13,5% per tahun.
Namun, bila Anda baru membeli emas pada awal tahun ini saat harga emas ada di Rp1.159.000 per gram, Anda berpeluang mengantong untung sekitar 8% bila menjualnya saat ini. Tingkat keuntungan itu lebih tinggi bahkan dibanding imbal hasil surat utang negara (SBN) tenor pendek seperti FR0081 yang saat ini memberikan yield 6,07% dan jatuh tempo pada Juni 2025.
Harga emas masih berpeluang mencetak rekor lebih tinggi lagi didorong terutama oleh sentimen pemotongan bunga acuan The Fed. Pada saat yang sama, bila ada indikasi resesi ekonomi global atau krisis perbankan seperti yang terjadi di Amerika pada Maret 2023, emas juga berpotensi melesat lagi karena akan banyak diburu sebagai safe haven.
Namun, sebagaimana instrumen investasi umumnya, harga emas juga pernah turun dan stuck di level mendatar dalam waktu cukup lama. Maka itu, bila tertarik berinvestasi di emas, sebaiknya perhatikan hal berikut ini:
Emas masih ampuh lawan inflasi
Emas lebih baik diperlakukan sebagai investasi pelindung nilai dari inflasi. Sejauh ini laju kenaikan harga emas Antam masih melampaui rata-rata inflasi Indonesia. Satu dekade terakhir, inflasi berkisar 4,1% per tahun. Sedangkan harga emas selama 10 tahun ini sudah naik 135% atau 13,5% per tahun.
Berkaca pada angka-angka tersebut, emas masih ampuh menjadi instrumen lindung nilai terhadap inflasi jangka panjang.
Emas untuk jangka panjang
Emas lebih cocok menjadi instrumen simpanan jangka panjang karena cenderung lebih menguntungkan, membukukan kenaikan nilai, dalam jangka panjang. Sementara bila menjadi sarana investasi jangka pendek, cuannya masih terbatas meski masih cukup berharga menjadi aset jaminan gadai, misalnya.

Perlu dicatat, lonjakan harga emas beberapa tahun terakhir adalah karena faktor extraordinary. Pecah pandemi pada 2020 adalah yang pertama dalam 100 tahun terakhir sehingga memicu kenaikan harga emas yang luar biasa. Lalu, disambung pecah perang Ukraina, semakin melesatkan emas.
Kini, sentimen arah bunga global menjadi penggeraknya di mana bunga tinggi Amerika adalah karena laju inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Sebelum pandemi dan kejadian-kejadian luar biasa itu, harga emas pernah hanya mencatat rata-rata kenaikan cuma 5% per tahun.
Sebagai contoh, periode 2013-2018 misalnya, dalam lima tahun harga emas di pasar global pernah menyentuh rekor di US$ 1.692,75 per troy ounce. Namun, di akhir 2018, harganya anjlok hingga 24% ke kisaran US$ 1.280,71 per troy ounce.
Pilih emas batangan ketimbang perhiasan
Bila diniatkan investasi, emas batangan lebih tepat sebagai pilihan. Ini karena ketika dijual kelak, ada acuan harga yang jelas di mana variabel penggeraknya adalah: harga emas dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan tingkat margin yang diambil oleh Antam.

Sementara bila berinvestasi di perhiasan, emas yang digunakan bukanlah emas 24 karat melainkan 18 karat. Emas perhiasan juga harga jualnya akan turun sedikitnya 25% ketika dijual ke toko karena terpangkas biaya pembuatan/peleburan.
Namun, bila ingin menikmati juga keuntungan psikologis memakai perhiasan sebagai bagian dari fashion statement, emas perhiasan tentu lebih tepat.
Beli emas ukuran lebih besar
Saat ini banyak penawaran pembelian emas dalam ukuran kecil, emas mini, terutama ketiga harga emas per gram semakin mahal. Penting untuk dicatat, membeli emas ukuran mini mungkin memang terjangkau. Akan tetapi, cenderung kurang efisien karena Anda akan terbebani biaya cetak yang tidak murah.

Misalnya, untuk emas fisik ukuran 0,5 gram yang dijual oleh Antam, harganya dibanderol Rp729.000. Artinya, per gramnya mencapai Rp1.458.000. Jauh lebih mahal dibanding harga emas fisik ukuran 1 gram yang dibanderol di Rp1.358.000. Itu karena ada biaya cetak yang harus ditanggung juga oleh pembeli.
Harga emas semakin murah bila ukurannya besar. Emas ukuran 10 gram, misalnya, per gramnya adalah Rp1.307.500. Sedangkan ukuran 25 gram dihargai Rp1.302.480 per gram. Emas batangan ukuran 100 gram, per gramnya jadi Rp1.301.200 per gram saat ini.
Hati-hati emas digital
Demi bisa tetap menjangkau pembelian emas yang semakin mahal, Anda bisa menimbang menyicil atau menabung pembelian emas di aplikasi emas digital terpercaya. Konsepnya adalah membeli emas dalam ukuran kecil tanpa cetak, lalu baru akan dicetak saat jumlahnya sudah sesuai keinginan agar bisa disimpan.
Platform emas digital saat ini sudah banyak tersedia seperti Brankas LM, Pegadaian Digital sampai marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, dan lain sebagainya.
Pilih penyedia platform pembelian emas digital terpercaya untuk meminimalisasi risiko gagal cetak seperti yang pernah terjadi di kasus-kasus sebelumnya. Selain itu, hitung juga biaya titip emas digital. Platform emas digital menetapkan biaya titip yang beraneka ragam. Misalnya, Brankas LM mengutip biaya titip mulai Rp100.000 hingga Rp2,5 juta per tahun bergantung pada besar saldo emas di rekening pengguna. Sedangkan Pegadaian mengutip biaya sekitar Rp30.000 per tahun.
(rui)