Fadjar mengatakan, status on hold tersebut juga masih berlangsung bahkan setelah kunjungan Presiden Raisi ke Indonesia pada 2023.
Pada Mei 2023, Presiden Raisi berkunjung ke Indonesia bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Saat itu, kedua Kepala Negara menjajaki solusi untuk investasi pada sektor migas.
Menurut Fadjar, status on hold masih diberikan kepada proyek tersebut lantaran Iran masih mendapatkan sanksi dari AS.
Ke depannya, Fadjar mengatakan, Pertamina hanya bakal menunggu kondisi di Negeri Persia tersebut. “Selama masih terkena sanksi ya tidak bisa.”
Sekadar catatan, pada 2017, Pertamina secara resmi telah menyerahkan proposal usulan pengembangan dua lapangan migas di Iran, yaitu Ab-Teymour dan Mansouri yang memiliki estimasi cadangan masing-masing lebih dari 1,5 miliar barel.
Penyerahan proposal tersebut dilakukan oleh Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam kepada Deputy on Engineering and Development National Iranian Oil Company (NIOC) Gholamreza Manoucherhri.
Syamsu Alam mengatakan pengajuan proposal tersebut merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani oleh kedua perusahaan pada 8 Agustus 2016.
Berdasarkan MoU tersebut Pertamina mendapatkan kesempatan mengajukan usulan pengembangan atas Ab-Teymour dan Mansouri pada akhir Februari 2017.
“Selama kurang lebih 4 bulan Pertamina melakukan evaluasi teknis kedua lapangan dan kini telah menyelesaikan proposal usulan pengembangan lapangan kedua lapangan tersebut untuk disampaikan kepada NIOC. Kami sangat mengharapkan proposal ini menjadi landasan kedua perusahaan untuk dapat bernegosiasi langsung pada pengelolaan dua lapangan besar tersebut,” kata Syamsu Alam dalam siaran pers.
Evaluasi teknis yang telah dilakukan Pertamina mengungkapkan kedua lapangan yang terletak di Bangestan, Selatan Iran itu memiliki potensi cadangan masing-masing lapangan lebih dari 1,5 miliar barel dengan potensi produksi masing-masing dapat mencapai lebih dari 200.000 barel per hari.
Iran adalah negara dengan cadangan minyak terbesar ke-4 di dunia dengan cadangan minyak terbukti sebesar 157 miliar barel atau 9,3% dari total cadangan terbukti di dunia. Iran juga memiliki cadangan gas terbukti terbesar di dunia sebesar 1,200 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF), sebesar 18,2% dari total cadangan dunia.
Setelah dicabutnya sanksi Iran, negara tersebut berencana meningkatkan produksi minyak yang saat ini sebesar 3,4 juta barel per hari menjadi 4,7 juta barel per hari dalam kurun 5 tahun kedepan.
Untuk itu, Iran mengundang perusahaan migas internasional untuk berinvestasi di Iran dalam beberapa tahun kedepan baik melalui proses bilateral maupun tender.
“Kedua lapangan ini memiliki potensi yang menjanjikan dan sejalan dengan upaya Pertamina untuk terus agresif mengembangkan bisnis hulu ke luar negeri sebagai salah satu langkah strategis dalam mendukung upaya memperkuat ketahanan energi nasional,” tutupnya.
(dov/wdh)