Logo Bloomberg Technoz

Efek Samping Proyek Bioetanol di Merauke Buat Gantikan Pertalite

Dovana Hasiana
21 May 2024 12:40

Ilustrasi bahan bakar berbasis bauran bioetanol./Bloomberg-Si Barber
Ilustrasi bahan bakar berbasis bauran bioetanol./Bloomberg-Si Barber

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pengembangan lahan di Merauke, Papua Selatan seluas 2 juta hektare (ha) untuk proyek ambisius swasembada gula dan bioetanol pengganti Pertalite/Pertamax dinilai riskan menimbulkan permasalahan ekologi.

Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga menjelaskan penyediaan lahan harus dilihat secara holistik, khususnya mengenai keberlangsungan dan dampaknya bagi flora fauna di sekitar kawasan tersebut.

Menurutnya, pengembangan bioetanol di Indonesia sedikit berbeda dengan pengembangan biodiesel. Saat biodiesel dikembangkan di dalam negeri, pasokan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) tengah berlebih sebagai imbas pembatasan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa.

“Kondisi minyak sawit berlebih saat itu karena market Eropa sedang membatasi. [Kalau pengembangan bioetanol di Merauke] artinya membuka lahan yang baru untuk bahan baku bioetanol; entah itu tebu atau bahan lain yang berpotensi sumber bioetanol,” ujar Daymas saat dihubungi, dikutip Selasa (21/5/2024).

“Jangan hanya berbicara manusia, tetapi ini alam. Jangan sampai tujuan kita mengurangi emisi, tetapi ternyata dalam prosesnya ada kerusakan alam disebabkan aktivitas tersebut.” 

Ilustrasi lahan tebu./Bloomberg-Valeria Mongelli