Tahapan tersebut bertujuan untuk mengetes semua mesin dan peralatan yang telah dibangun serta melakukan sinkronisasi.
“Testing dilakukan pertama sekali tanpa beban untuk mengetahui apakah ada mesin dan peralatan yang gagal beroperasi dan perlu dilakukan perbaikan,” ujar Rizal.
Selanjutnya, Rizal mengatakan, dilakukan testing dengan beban secara bertahap hingga mencapai puncak kapasitas yang disebut design capacity. “Tentu dalam testing dan commissioning diperlukan perbaikan dan adjustment peralatan.”
Progres Jelang Tenggat
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan bahwa pembangunan smelter katoda tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur sudah mencapai 93% pada pekan kedua Mei 2024.
“Sudah hampir selesai, per minggu lalu [pekan kedua Mei 2024] sudah 93%. Jadi mungkin sekarang sudah lebih dari itu,” ujar Irwandy saat ditemui di kantornya, akhir pekan.
Menurut Irwandy, pemerintah telah menyiapkan antisipasi agar pembangunan smelter Freeport tepat waktu, yakni berupa larangan ekspor konsentrat tembaga usai Mei 2024.
Namun, larangan tersebut memiliki sejumlah risiko. “Oleh karena itu, kalau memang sudah hampir selesai dan ada pertimbangan matang dari pemerintah mungkin saja diizinkan ekspor tembaga, tetapi tetap kena bea keluar [BK].”
Sementara itu, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan hingga saat ini pembahasan mengenai bea keluar (BK) masih di masing-masing kementerian/lembaga (k/l).
Dengan kata lain, lintas k/l belum melakukan pembahasan mengenai BK tersebut. “Mengenai BK belum ada pembahasan di lintas k/l. Insyallah pada waktunya akan ditetapkan pemerintah,” ujar Askolani.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sendiri juga telah mengumumkan pemerintah akan menyetujui relaksasi perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga Freeport, yang seharusnya berakhir pada Mei 2024.
(dov/wdh)