Secara teknikal, bila tekanan berlanjut, rupiah akan menuju Rp16.050/US$ di mana bila level itu tertembus, rupiah bisa semakin melemah ke Rp16.100/US$.
Pelemahan mata uang Asia hari ini akibat sinyal hawkish yang bertubi-tubi keluar dari banyak pejabat Federal Reserve.
Jajaran gubernur The Fed melontarkan berbagai pernyataan yang mengempiskan ekspektasi pasar akan prospek penurunan bunga acuan Amerika.
Gubernur Fed Cleveland Loretta Mester menyatakan, kebijakan saat ini sudah restriktif akan tetapi The Fed membutuhkan lebih banyak bukti bahwa jalur inflasi sudah di laju penurunan.
Selain itu, ia juga bilang tiga kali penurunan -seperti yang terungkap dalam dot plot Desember lalu- sudah tidak tepat lagi tahun ini.
Federal Reserve Vice Chair Philip Jefferson bilang, data inflasi April cukup menguatkan akan tetapi terlalu dini bila menyatakan The Fed sudah lepas dari tantangan. Sementara Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan menjadi penting memperhatikan peran dolar AS dalam perekonomian global.
Michael Barr, Vice Chair Supervision The Fed, sebelumnya juga melontarkan pernyataan bahwa bank sentral akan mendorong bank-bank besar mempertahankan cadangan dana yang besar untuk mengantisipasi keketatan likuiditas.
Indeks dolar AS masih bertahan lebih kuat sejauh ini di 104,65. Pelaku pasar akan cenderung bermain aman menjelang rilis risalah rapat The Fed pada Kamis nanti.
Rupiah juga tidak memiliki dukungan kuat setelah data neraca pembayaran memicu aksi jual di pasar Surat Berharga Negara.
Neraca Pembayaran yang mencatat defisit pada kuartal 1-2024 sebesar US$5,97 miliar, jauh memburuk dibandingkan capaian surplus pada kuartal akhir 2023 yang sebesar US$6,3 miliar.
Adapun transaksi berjalan (current account), juga defisit US$2,2 miliar atau setara dengan 0,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Nilai defisit itu lebih besar ketimbang perkiraan pasar yang memprediksi di kisaran US$1,86 miliar dan jauh lebih besar dibanding defisit kuartal akhir 2023 sebesar US$1,12 miliar.
Hari ini Bank Indonesia juga memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan dan akan mengumumkan hasil RDG pada Rabu siang esok. Hasil konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg memperkirakan BI akan mempertahankan bunga acuan, BI rate, di level 6,25%.
Perekonomian Indonesia diproyeksi semakin lemah pada 2025 bila merujuk pada kerangka makro yang diajukan pemerintah di parlemen kemarin. Rancangan APBN tahun 2025 menetapkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1%-5,5%, lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya antara 5,3%-5,6%.
(rui)