Dalam seminggu terakhir, harga emas naik 2,98% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga bertambah 3,95%.
Harapan akan penurunan suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat (AS), membuat harga emas menanjak. Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) sehingga diuntungkan saat suku bunga turun.
“Inflasi memang masih tinggi, tetapi bergerak turun. Beban utang di AS juga membuat pelaku pasar mencoba melakukan diversifikasi dari obligasi. Ini menjadi kondisi sempurna bagi kenaikan harga emas,” tegas Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti diberitakan Bloomberg News.
Pavilonis bahkan memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 2.500/troy ons dalam waktu dekat. Sebab, akan makin banyak investor yang membeli emas karena takut kehilangan peluang alias Fear of Missing Out (FOMO).
(aji)