Logo Bloomberg Technoz

Risiko Resesi Ekonomi Masih Mengintai, Indonesia Perlu Waspada

Tim Riset Bloomberg Technoz
21 May 2024 09:50

Ilustrasi ancaman resesi Amerika Serikat (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi ancaman resesi Amerika Serikat (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas yang berulang kali memperbarui rekor hingga terakhir sempat menembus US$2.450,07 per troy ounce membuka pekan ini, juga harga minyak dunia yang semakin melemah di tengah kurva terbalik imbal hasil Treasury, surat utang Amerika Serikat (AS), memberi sinyal antisipasi para pemilik dana global terhadap risiko resesi perekonomian akibat pengetatan moneter selama dua tahun terakhir.

Emas biasanya semakin diburu ketika ketidakpastian ekonomi memuncak. Lama dikenal sebagai safe haven, emas bersaing dengan dolar AS sebagai aset pilihan kala perekonomian memperlihatkan tanda-tanda pelemahan menuju resesi. Sementara pelemahan harga minyak biasa dibaca sebagai salah satu tanda ekonomi yang lesu.

Begitu juga inverted curve obligasi di mana yield tenor pendek melampaui tenor panjang, biasa dibaca juga sebagai pertanda investor mengkhawatirkan hal buruk.

Namun, benarkah perekonomian global terancam resesi saat ini? Juga, apakah Indonesia juga menghadapi risiko yang sama?

Analisis terbaru yang dilansir oleh Bloomberg Intelligence hari ini, Selasa (21/5/2024), menunjukkan, semakin dalamnya kurva imbal hasil Treasury yang terbalik (inverted curve) bisa menjadi sinyal peringatan adanya masalah ke depan terkait permintaan minyak dunia dan risiko resesi, menurut Henik Fung, Analis Senior Bloomberg Intelligence.