“Inflasi memang masih tinggi, tetapi bergerak turun. Beban utang di AS juga membuat pelaku pasar mencoba melakukan diversifikasi dari obligasi. Ini menjadi kondisi sempurna bagi kenaikan harga emas,” tegas Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti diberitakan Bloomberg News.
Pavilonis bahkan memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 2.500/troy ons dalam waktu dekat. Sebab, akan makin banyak investor yang membeli emas karena takut kehilangan peluang alias Fear of Missing Out (FOMO).
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih berada di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 51,14. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 33,76. Sudah masuk area jual (short).
Oleh karena itu, harga emas memang masih berpeluang naik tetapi terbatas saja. Target resisten terdekat adalah US$ 2.428/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.431/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat ada di US$ 2.412/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun menuju US$ 2.393/troy ons.
(aji)