Federal Reserve Vice Chair Philip Jefferson bilang, data inflasi April cukup menguatkan akan tetapi terlalu dini bila menyatakan The Fed sudah lepas dari tantangan. Sementara Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan menjadi penting memperhatikan peran dolar AS dalam perekonomian global.
Michael Barr, Vice Chair Supervision The Fed, sebelumnya juga melontarkan pernyataan bahwa bank sentral akan mendorong bank-bank besar mempertahankan cadangan dana yang besar untuk mengantisipasi keketatan likuiditas.
Berbagai pernyataan itu memberi penguatan lagi pada dolar AS yang semalam ditutup menguat dan pagi ini semakin perkasa di 104,60. Yield Treasury, surat utang AS, merangkak naik dengan tenor 10Y kini ada di 4,439%. Sedangkan indeks saham di Wall Street menghijau dengan para investor menanti rilis laporan keuangan dari Nvidia.
Dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia akan memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan dan akan mengumumkan hasil RDG pada Rabu siang esok. Hasil konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg memperkirakan BI akan mempertahankan bunga acuan, BI rate, di level 6,25%.
Perekonomian Indonesia diproyeksi semakin lemah pada 2025 bila merujuk pada kerangka makro yang diajukan pemerintah di parlemen kemarin. Rancangan APBN tahun 2025 menetapkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1%-5,5%, lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya antara 5,3%-5,6%.
Sementara inflasi diproyeksikan di kisaran 1,5%-3,5% dan pergerakan rupiah di rentang Rp15.300-Rp16.000/US$. Pemerintah juga menargetkan defisit APBN 2025 antara 2,45%-2,82% dari PDB.
Untuk 2025, tingkat imbal hasil surat berharga negara diproyeksikan akan ada di kisaran 6,9%-7,3%, lebih tinggi dibandingkan tahun ini di kisaran 6,7%.
Sebelumnya Bank Indonesia juga mengumumkan data Neraca Pembayaran yang mencatat defisit pada kuartal 1-2024 sebesar US$5,97 miliar, jauh memburuk dibandingkan capaian surplus pada kuartal akhir 2023 yang sebesar US$6,3 miliar.
Adapun transaksi berjalan (current account), juga defisit US$2,2 miliar atau setara dengan 0,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai defisit itu lebih besar ketimbang perkiraan pasar yang memprediksi di kisaran US$1,86 miliar dan jauh lebih besar dibanding defisit kuartal akhir 2023 sebesar US$1,12 miliar.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah dengan target koreksi menuju area level Rp16.000/US$ yang merupakan support terdekat sebelum break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.050/US$. Bila level itu tertembus, rupiah bisa semakin melemah ke Rp16.100/US$.
Sebaliknya, bila rupiah mampu bertahan dan bangkit, ada level resistance yang menarik dicermati di Rp15.950/US$ dan selanjutnya Rp15.920/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih ada potensi penguatan lanjutan kembali ke level Rp15.900/US$.
(rui)