Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan Juli mungkin akan memasukkan Mokhber untuk menggantikan Raisi secara permanen.
Selain perjalanan rutin ke negaranya untuk meresmikan proyek-proyek pemerintah di seluruh negeri, Mokhber baru-baru ini menjadi terkenal sebagai salah satu pejabat tinggi Iran yang memimpin pembicaraan dengan Rusia setelah invasi Ukraina pada 2022 dan dilaporkan melakukan perjalanan ke Moskow untuk mencapai kesepakatan untuk memasok senjata ke Iran. Rusia.
Kematian Raisi kemungkinan besar akan berdampak besar pada siapa yang menggantikan Khamenei, 85 tahun, sebagai Pemimpin Tertinggi. Raisi sebelumnya santer digadang-gadang sebagai pesaing utama bersama putra Khamenei, Mojtaba, yang kini berdiri sendiri sebagai calon penerus yang paling memungkinkan.
Namun sikap publik Iran terhadap pemerintahan dinasti dinilai sangat kompleks, mengingat kaitannya dengan monarki yang digulingkan dalam revolusi tahun 1979.
Siapapun yang mengambil alih jabatan Pemimpin Tertinggi haruslah seorang ulama Islam berpangkat tinggi, yang biasanya membuat politisi biasa seperti Mokhber tidak bisa ikut serta. Mirip dengan Mojtaba, Raisi adalah seorang teolog berpengalaman sebelum menjadi kepala peradilan dan kemudian menjadi presiden.
Mokhber adalah mantan perwira di Korps Garda Revolusi Islam, namun lebih dikenal karena 14 tahun menjalankan dana abadi yang disebut Eksekusi Perintah Imam Khomeini.
Juga disebut Setad, dana tersebut mengendalikan aset seperti properti yang disita setelah revolusi, dan sekarang menjadi kekuatan ekonomi dengan kepentingan bisnis di berbagai sektor utama termasuk keuangan, minyak, konstruksi dan farmasi.
Mokhber mendapat sanksi langsung dari AS karena menjalankan dana tersebut pada awal tahun 2021.
Meskipun “konon bersifat amal,” Setad “mengendalikan sebagian besar perekonomian Iran, termasuk aset yang diambil alih dari para pembangkang politik dan agama minoritas,” kata Departemen Keuangan AS pada saat itu.
(bbn)