Luhut menyatakan Indonesia tidak akan diskriminasi dalam bisnis baterai listrik karena memegang prinsip dasar mekanisme pasar.
"Kami akan menyerahkan itu pada mekanisme pasar dan kami akan menyerahkan itu juga pada mekanisme suplai dan permintaan. Ini adalah prinsip dasar dari negara kami," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut menyatakan Indonesia memiliki kesempatan besar dalam berkompetisi di industri baterai mobil listrik. Indonesia memiliki keunggulan karena 70% nikel ore dunia berada di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki keunggulan karena biaya produksi tergolong murah dibandingkan negara lain.
"Jadi kita sebenarnya tidak juga mematikan negara-negara lain penghasil nikel ore seperti di Australia, cost mereka kan mahal, kita kan murah. Misal gaji sopir truk saja di sana sampai 200 ribu dolar setahun," ujar Luhut.
"Jadi pastilah tidak bisa compete dengan Indonesia, tapi bukan salahkan Indonesia karena kita melarang (ekspor nikel) itu tapi kita lihat downstreaming industri. Jadi ya jangan serta-merta terus menyalahkan negara berkembang, negara berkembang kan juga pengen maju," ujarnya.
(dba/ros)