Logo Bloomberg Technoz

Terendus Sejak Lama hingga Mundurnya Dewan Komisaris

Kementeruan BUMN juga telah memberikan sinyal tentang dugaan fraud tersebut usai adanya laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ke INAF yang dilakukan pada 2023 lalu.

Hal tersebut juga terungkap bersamaan dengan mundurnya Laksono Trisnantoro sebagai Komisaris Utama perseroan, usai diangkat menjadi Dewan Komisarasi pada 2021 lalu.

Dalam surat pengajuan pengunduran dirinya yang juga dipublikasikan di keterbukaan informasi, Laksono pada saat itu mengungkapkan hasil audit BPK sepanjang 2023 yang menemukan adanya indikasi fraud di INAF.

Adanya pemeriksaan BPK tersebut juga berdasarkan pengajuan audit oleh jajaran Dewan Komisaris yang menduga fraud tersebut sejak 2021.

"Situasi ini sudah kami duga di 2021, di mana Dewan Komisaris PT Indofarma Tbk sudah mengajukan audit dari pihak luar untuk masalah yang terjadi," ujar Laksono dalam surat tersebut

"Akan tetapi, audit tersebut tidak pernah terjadi sampai adanya audit BPK di tahun 2023."

Pernah akan Diselamatkan

Selain itu, Laksono mengungkapkan bahwa INAF sebelumnya pernah akan diselamatkan. Upaya tersebut dilakukan oleh Kementerian BUMN mengubah arah bisnis INAF, sesuai dengan tranformasi Holding BUMN Farmasi pada 2020 lalu. Transformasi tersebut mengamanatkan INAF untuk menangani bisnis alat kesehatan dan herbal. 

Akan tetapi, INAF, kata Laksono, sudah tak lagi menggunakan anggota jalur tranformasi BUMN tersebut. Itu disebabkan dengan kondisi keuangan sudah tak mumpuni menjalankan bisnis tersebut.

"Direksi PT Bio Farma [Holding BUMN Farmasi] dalam rapat menyatakan bahwa kegiatan usahan alat kesehatan dan herbal dialihkan ke perusahaan lain di dalam holding," tulis Laksono.

"Akan tetapi, situasi saat ini tidak memungkinan lagi ada pengembangan alat kesehatan dan herbal di Indofarma sesuai dengan transformasi BUMN di 2020."

Modal Negatif dan Rugi Jumbo

Adapun, menilik laporan keuangannya yang dipublikasikan terakhir, yakni kuartal III-2023. INAF sendiri memang tercatat mengalami rugi bersih Rp191,69 miliar, naik 4,68% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp183,12 miliar.

Kerugian ini didorong oleh laba bruto yang dihasilkan tergolong mini, hanya Rp10,24 miliar pada periode Januari-Sepetmber 2023. Laba bruto turun signifkan dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp76,34 miliar.

Bahkan laba bruto ini tidak mamu untuk menutup beban penjualan yanga tercatat Rp76,45 miliar serta beban umum dan administrasi yang tercatat Rp100,53 miliar.

Perseroan juga mencatatkan beban keuangan Rp39,09 miliar, naik 35% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp28,98 miliar.

Dalam laporan keuangan tersebut, perseroan juga menyatakan mengalami ekuitas negatif Rp105,36 miliar. Hal ini disebabkan karena rugi yang terjadi bertahun-tahun sehingga saldo rugi tercatat Rp807,99 miliar.

(red/frg)

No more pages