Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, yang tewas dalam kecelakaan helikopter bersama dengan Presiden Ebrahim Raisi, dikenal dengan sentimen anti-Israel yang keras dan skeptis terhadap Barat.

Seorang diplomat karier dan tokoh konservatif yang memiliki hubungan dekat dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Amir-Abdollahian mulai menjabat setelah kemenangan Raisi pada Pemilu tahun 2021.

Media pemerintah pada saat itu memuji dukungannya terhadap "poros perlawanan", kelompok-kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Teheran di seluruh Timur Tengah yang bersatu melawan musuh bebuyutan Israel.

Melansir Al Arabiya, Senin (20/5/2024), masa jabatan Amir-Abdollahian sebagai diplomat tertinggi Iran ditandai dengan aktivitas diplomatik yang intensif untuk mengakhiri isolasi Iran dan mengimbangi dampak sanksi AS yang melumpuhkan.

Dia secara khusus berusaha menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga Arab Republik Islam, termasuk Arab Saudi.

Dalam kesepakatan penting yang ditengahi oleh China, Teheran dan Riyadh sepakat pada Maret 2023 untuk memulihkan hubungan dan membuka kembali kedutaan besar masing-masing.

Amir-Abdollahian lahir di kota Damghan, sebelah timur Teheran pada tahun 1964. Dia menikah dan memiliki dua anak.

Televisi pemerintah Iran pada Senin mengatakan "tidak ada tanda-tanda" kehidupan di antara para penumpang helikopter yang membawa Raisi, Amir-Abdollahian, dan para pejabat lainnya.

Bulan Sabit Merah Iran mengonfirmasi bahwa jasad mereka telah ditemukan dari lokasi jatuhnya helikopter pada Minggu di Provinsi Azerbaijan Timur, Iran.

Amir-Abdollahian meraih gelar sarjana di bidang hubungan internasional dari Universitas Teheran pada tahun 1991, kemudian menyelesaikan gelar master dan doktor di bidang yang sama.

Sebagai seorang diplomat di kementerian luar negeri Iran, ia pernah bertugas di Irak, dari tahun 1997 hingga 2001, dan Bahrain, dari tahun 2007 hingga 2010.

Di bawah mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang populis, Amir-Abdollahian menjabat sebagai wakil menteri luar negeri untuk urusan Arab dan Afrika.

Dia telah terlibat dalam upaya untuk memulai kembali negosiasi yang macet tentang program nuklir Iran, setelah kesepakatan 2015 dengan pemerintah Barat terurai karena Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018. Namun, perundingan tersebut terhenti.

Sepanjang kariernya, Amir-Abdollahian dikenal karena hubungannya yang kuat dengan IRGC.

Diplomat itu sangat dekat dengan jenderal IRGC yang dihormati, Qasem Soleimani, komandan cabang operasi luar negerinya yang terbunuh dalam serangan AS pada tahun 2020 di Baghdad.

Amir-Abdollahian memuji "kejeniusan strategis" Soleimani dalam mencegah "disintegrasi" Suriah dan Irak.

Dalam sebuah wawancara pada Juni 2020, dia mengatakan bahwa Soleimani adalah "diplomat sejati" karena keterampilan negosiasinya.

Bulan lalu, dengan ketegangan regional yang melonjak akibat perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan dengan kekerasan yang melibatkan sekutu regional Iran, Amir-Abdollahian membela serangan langsung pertama Teheran terhadap musuh bebuyutannya, Israel.

Serangan Iran tersebut merupakan pembalasan atas serangan udara sebelumnya yang secara luas dituduhkan kepada Israel yang meratakan konsulat Teheran di Damaskus.

Amir-Abdollahian menjelaskan bahwa serangan tersebut dilakukan "dalam rangka pertahanan yang sah dan hukum internasional."

Dia kemudian meremehkan serangan Israel yang dilaporkan sebagai pembalasan atas serangan Israel di provinsi pusat Iran, Isfahan, yang merupakan lokasi fasilitas nuklir utama, dengan mengatakan bahwa hal itu mirip dengan permainan anak-anak.

(red/ros)

No more pages