Ketiga, memanfaatkan SAL untuk antisipasi ketidakpastian. Keempat, peningkatan akses pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM). Kelima, mendorong skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang berkelanjutan.
Dengan demikian, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,1%-5,5%. Angka minimalnya lebih rendah dari target dalam anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) 2024 yang mematok ekonomi tumbuh di level 5,2%.
"Kami optimistis, dengan kerja keras dan komitmen bersama dalam menjaga stabilitas ekonomi serta komitmen untuk melakukan terobosan kebijakan, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas yang pada tahun 2025, diperkirakan berada pada kisaran 5,1% - 5,5%," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani enggan menjelaskan penyebab target pertumbuhan ekonomi yang menurun. Dia hanya menjelaskan bahwa pembahasan KEM-PPKF yang disampaikan hari ini, termasuk target pertumbuhan ekonomi dan berbagai asumsi makro akan mendapat respons dari masing-masing fraksi di DPR.
"Kemudian akan kami bahas di Banggar (Badan Anggaran), mengenai angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, nilai tukar, nanti kami bahas bersama, termasuk di dalamnya dengan Bappenas, Bank Indonesia, dan dari Banggar maupun Komisi XI DPR RI," papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan target pertumbuhan ekonomi 2025 ditopang oleh terkendalinya inflasi, kelanjutan dan perluasan hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan industri kendaraan listrik, dan digitalisasi yang didukung oleh perbaikan iklim investasi dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Laju pertumbuhan ini diharapkan akan menjadi fondasi yang kuat untuk pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan," kata Sri Mulyani.
Dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi, imbal hasil surat berharga negara atau yield SBN tenor 10 tahun pada 2025 diperkirakan berada pada kisaran 6,9% - 7,3%. Target ini jauh lebih tinggi dibanding target yield SBN tenor 10 tahun pada tahun ini yang berada di kisaran 6,7%. Artinya, pemerintah akan membayar utang lebih besar pada tahun depan karena beban bunga utang yang membengkak.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan diperkirakan berada pada rentang Rp15.300-Rp16.000 per US$. Kurs ini jauh lebih melemah dibanding target APBN 2024 yang berada di kisaran Ro15.000 per US$.
Sementara itu, inflasi 2025 diperkirakan berada pada kisaran 1,5%- 3,5%, masih dalam rentang yang sama dengan target 2024 yang dipatok 2,8%.
Dengan mencermati tensi geopolitik yang saat ini masih berlanjut, kata Sri Mulyani, maka harga minyak mentah Indonesia pada 2025 diperkirakan sebesar US$75 - US$85 per barel atau masih dalam rentang yang sama dengan target 2024, yakni US$82 per barel.
Kemudian, lifting minyak bumi pada 2025 ditargetkan 580.000 - 601.000 barel per hari. Angka ini lebih rendah dari target lifting minyak 2024 yang mencapai 635.000 barel per hari. Sementara itu, target lifting gas pada 2025 tercatat 1,004 juta -1,047 juta barel setara minyak per hari, masih dalam rentang yang sama dengan target lifting Gas 2024 yakni 1,033 juta barel setara minyak per hari.
Efektivitas kebijakan fiskal dalam mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan diharapkan akan berkontribusi positif pada penurunan tingkat pengangguran terbuka pada 2025 di kisaran 4,5%-5,0%.
Sementara itu, angka kemiskinan diperkirakan akan berada pada rentang 7%-8%. Rasio Gini diperkirakan terus membaik dalam rentang 0,379-0,382. Indeks Modal Manusia (IMM) juga ditargetkan sekitar 0,56. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP), dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga ditargetkan untuk terus meningkat, masing-masing di rentang 113-115 dan 104-105.
(lav)