Brasil juga diperkirakan akan memanen lebih sedikit biji kopi jenis arabika, yang sangat disukai oleh Starbucks. Alhasil, bersiaplah untuk menanggung kenaikan harga di kafe favorit Anda.
Kontrak berjangka kopi arabika melejit ke posisi tertinggi dalam satu dekade pada Februari 2022 menyusul dua panen di Brasil dan Kolombia dan gangguan pengiriman global. Namun, harga telah menurun 40% sejak saat itu, kebanyakan dipicu oleh spekulasi pasar bahwa panen kopi arabika oleh petani Brasil akan menembus rekor. Brasil saat ini diprediksi hanya memproduksi sekitar 40,5 juta kantung kopi untuk musim panen yang dimulai pada Mei 2023, turun dari perkiraan Juli sebesar 49,8 juta kantung.
Kopi arabika menjadi varietas kopi paling terkenal di dunia. Namun, kopi robusta menyumbang 48% permintaan global tahun lalu. Arabika biasanya lebih unggul dari robusta, dari sisi permintaan, tetapi dalam setahun terakhir ia tergeser oleh kopi campuran yang harganya lebih murah. Kecenderungan pasar memakai lebih banyak biji kopi robusta diperkirakan akan berlanjut karena faktor inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi akan mendorong konsumen mencari harga lebih murah.
Indonesia, penghasil kopi robusta ketiga terbesar di dunia, memperkirakan panen kopi jenis robusta akan menjadi yang terendah dalam 10 tahun, pada musim mendatang akibat curah hujan yang lebih deras dan lebih sering di berbagai sentra penghasil kopi. Kondisi ini akan mempengaruhi kondisi suplai robusta global yang diperkirakan sebesar 5,6 juta kantung kopi pada musim mendatang. Setiap kantung berbobot 60 kilogram biji kopi.
(rui/aji)