Bloomberg Technoz, Jakarta - Kasus Covid-19 di Sindapura melonjak karena varian FLiRT. Seberapa ganasnya varian ini?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada Maret 2024 melaporkan bahwa ada varian baru Covid-19 yaitu KP.2 yang disebut FLiRT. Varian ini menyebabkan 4% kasus di AS dan meningkat hingga 28% pada awal Mei.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengutarakan, varian ini sedang dalam pemantauan. Selain di Amerika Serikat dan Singapura, varian ini juga ditemukan naik di China, Thailand, India, Australia dan Inggris.
Apa itu varian FLiRT?
Menurut Prof. Pekosz, virus seperti SARS-CoV-2 memang sering bermutasi untuk menghindari pengenalan oleh antibodi dan meningkatkan kemampuan untuk menginfeksi sel tubuh manusia. Namun, ini merupakan siklus yang sudah familier terkait Covid-19.
FLiRT sendiri merupakan varian terjadi akibat evolusi konvergen dari varian JN.1 yaitu KP.2 dan KP.1.1
CDC sedang mengawasi varian KP.2 dan KP.1.1 yang disebut FLiRT dalam pengawasan air limbah.
“Data pengujian laboratorium menunjukkan tingkat penularan SARS-CoV-2 secara kesuluruhan tergolong rendah,” ungkap CDC seperti dilansir dari USA Today.
Gejala yang ditimbulkan
Gejala yang ditimbulkan varian FLiRT hapir mirio dengan gejala JN.1.
Seperti demam atau menggigil, batuk, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sakit kepala, sesak napas, kelelahan, hingga kehilangan indra perasa dan penciuman.
Bahkan varian ini bisa juga menimbulkan gejala gastrointestinal seperti sakit perut, diare ringan dan muntah.
Sehingga diharapkan masyarakat kembali menggunakan masker saat berada di luar ruangan, atau menghindari kerumunan.
(spt)