Goldman Sachs belakangan menaikkan proyeksi harga mereka terhadap logam tembaga tahun ini menjadi US$12.000/ton, dipicu risiko yang makin nyata akan terjadinya kelangkaan pasokan komoditas tersebut.
Outlook harga tembaga dari Goldman naik US$2.000 atau 20% dari estimasi awal senilai US$10.000/ton.
Goldman Sachs melandasi kenaikan outlook itu pada proyeksi kelangkaan pasokan tembaga yang mulai terjadi pada tahun ini. Segmen konsentrat tembaga dinilai bergerak ke dalam kondisi pasokan yang sangat ketat.
“Solusi pasokan tambang jangka pendek, satu-satunya cara untuk mempertahankan fungsi pasar konsentrat, adalah melalui penjatahan permintaan,” tulis laporan Goldman Sachs dalam laporannya sebagaimana dikutip melalui Forexlive.
Selanjutnya, timah menjadi komoditas ketiga yang mengalami kenaikan harian paling tinggi yakni sebesar 1,55% menjadi US$34.251/ton pada penutupan perdagangan Jumat.
Level ini kian menjauhi proyeksi yang sebelumnya disampaikan BMI. Rerata harga timah untuk tahun ini akan bertengger di US$26.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$28.000/ton
Hal ini disebabkan karena harga tahun ini dimulai dari basis yang lebih rendah di tengah berita pelonggaran larangan penambangan di Myanmar.
Meskipun penambangan di tambang Man Maw, yang menyumbang hampir seluruh pasokan timah di Myanmar, belum diaktifkan kembali meskipun larangan untuk semua operasi penambangan lainnya telah dicabut mulai 4 Januari, negosiasi masih berlangsung. BMI memperkirakan keputusan akan diambil dalam waktu dekat.
Dari sisi konsumsi, data penjualan semikonduktor global menunjukkan penurunan permintaan semikonduktor sejak pertengahan 2022 telah mencapai titik terendah, dengan penjualan yang terus meningkat sejak Juli 2023.
Terakhir, aluminium menguat 0,99% menjadi US$2.612/ton.
(dov/ain)