Risiko jaringan tak stabil Starlink karena mereka menggungakan satelit orbit rendah. Berbeda dengan pada umumnya provider yang memanfaatkan jaringan kabel (fiber optic) ataupun satelit di luar angkasa.
2. Kapasitas yang Terbatas
Layanan internet termasuk berbasis satelit juga memiliki maksimal kapasitas. Jika pemakaian dalam kurun waktu tertentu telah melebihi kuota maka besar peluang kecepatan internet menjadi melambat atau bahkan tidak dapat dipakai. Pada bagian lain, Starlink kerap mengklaim pemakaiannnya tanpa batas kuota.
Kapasitas juga akan habis tersedot jika semakin banyak pemakaian atau bertambahnya jumlah perangkat yang terhubung. Namun begitu, jangkauan luas dari jaringan internet satelit tetap menjadi keunggulan dibandingkan provider dengan teknologi fiber optic.
3. Jadi Puing Sampah di Antariksa
Teknologi yang dirancang Starlink punya risiko bertabrakan apalagi saat target satelit terus bertambah. Jika jumlahnya semakin besar beberapa pemerhati lingkungan menjadi khawatir puing–puing di luar antariksa.
Kritikus mengingatkan orbit akan menjadi penuh sesak dengan ribuan LEO mengudara—juga bisa saling menabrak. Per 2019 SpaceX telah meluncurkan 180 satelit LEO ke antariksa dan terus melonjak hingga lebih dari 3.000, menurut Scientific American. Target para insinyur di Starlink dapat membangun 12.000 satelit.
4. Tarif Paket Mahal
Untuk sebuah layanan internet, Starlink masuk kategori lebih mahal. Beberapa provider yang memanfaatkan jaringan broadband. Harga berlangganan mulai Rp750.000 dan Anda harus membeli perangkat ‘Starlink Kit’ Rp7,8 juta.
(red)