Logo Bloomberg Technoz


Dengan demikian, dibentuklah beberapa standar emisi kendaraan untuk mengatur ambang batas kadar polutan yang dapat dikeluarkan oleh suatu kendaraan, yang digagas oleh Uni Eropa, dengan standar awal yakni Euro 1.

Seiring dengan berjalannya waktu, standar itu pun kembali ditingkatkan secara bertahap, yakni Euro2 (E2) pada 1996, Euro 3 (E3) tahun 2000, Euro 4 (E4) 2005, Euro 5 (E5) 2009, dan Euro 6 (E6) pada 2014.

Saat ini, Indonesia sendiri telah mengadopsi standar E4 pada sejak 2018. Kebijakan itu tertuang dan diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.

Standar E4 yang diterapkan di RI mensyaratkan batas emisi Karbon Monoksida (CO) 1 gram/km, Hidrokarbon (HC) 0,1 gram/km, Nitrogen Oksida 0,08 gram/km untuk mesin bensin.

Selanjutnya, spesifikasi BBM dengan standar Euro 4 adalah memiliki reasearch oktan number (RON) minimal 91, bebas timbal, dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.

Warga mengisi BBM di SPBU Pertashop di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, Minggu (5/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)


Sudahkah BBM RI Sesuai Standar Euro 4?

Salah satu BBM jenis bensin yang paling populer di Indonesia adalah Pertalite, yang memiliki RON 90. Telak, bensin yang menggunakan skema kompensasi dari anggaran negara ini tidak memenuhi standar Euro 4 dengan RON minimal 91.

Bagaimana dengan Pertamax, yang sudah memiliki RON 92?

Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan Pertamax 92, sebenarnya juga masih di bawah standar Euro 4.

“Pertamax oktannya masih rendah, sehingga kalau diberi subsidi untuk alasan mengurangi polusi, tidak tepat sama sekali. [...] Pertamax masih termasuk energi kotor yang tidak sesuai dengan standar Euro 4,” ujarnya.

Meski mendekati standar Euro 4, Pertamax dikatakan belum sesuai lantaran kandungan sulfurnya masih 500 ppm. Adapun, jenis BBM Pertamina yang diklaim sudah sesuai standar tersebut adalah Pertamax Turbo.

Bagaimana dengan biodiesel, yang merupakan biofuel Solar dengan bauran FAME minyak sawit?

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugraha sempat mengatakan sejak lama permasalahan biodiesel Indonesia dalam memenuhi standar emisi kendaraan masih menjadi kendala.

Di Indonesia, padahal, standar Euro 4 untuk kendaraan berbasis solar atau diesel sejak April 2022. Adapun, standar emisi Euro 4 untuk bahan bakar solar sendiri memiliki spesifikasi minimal cetane number (CN) 51 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.

“Ini masih menjadi problem dari dahulu hingga hari ini. Saya melihat pemenuhan standar biodiesel [B35] masih belum minimal Euro 4. Jadi tentu ini akan menjadi permasalahan. Kualitas yang dihasilkan dengan insentif yang diberikan [untuk produksi B35] itu masih ada gap di sana,” ujarnya.

Petugas mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Pertamina Rest Area Tol Tangerang-Jakarta KM 14, Senin (1/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)


Bagaimana Sikap Pemerintah?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan pernah membuka peluang untuk menaikkan standar bahan bakar Euro 4 (E4) ke Euro 5 (E5), sejalan dengan upaya pemerintah dalam menekan polusi udara, terkhusus di areal Jakarta.

"Kita sedang pikirkan sekarang, bagaimana kira lari ke fuel ini dari Euro 4 ini beralih ke Euro 5. Kenapa? itu sulfurnya supaya rendah, ujar Luhut dalam unggahan video melalui akun Instagram resminya, akhir Februari.

Luhut mengatakan, melalui tim Kemenko Marves dan Pertamina, pemerintahtengah mengupayakan dan mengkaji peralihan dan menghadirkan bahan BBM yang dinilai lebih ramah lingkungan.

Dari hasil sementara, kata Luhut, upaya ini diklaim dapat memangkas anggaran subsidi mulai dari Rp20 triliun hingga Rp50 triliun.

"Itu akan mengurangi subsidi kita, mungkin bisa sampai Rp20 sapai Rp50 triliun lagi dari sana. Jadi pemerintah masih coba cari dan melihat ekuilibriumnya di mana. Itu saya kira akan mempercepat proses air quality di jakarta yang lebih bagus."

Sebulan kemudian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengonfirmasi pemerintah bakal mulai menurunkan tingkat sulfur dalam BBM di Indonesia mulai tahun ini, diawali dari solar sebelum diperluas ke bensin.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Mustika Pertiwi mengatakan penurunan tingkat sulfur bakal dilakukan secara bertahap, di mana penurunan sulfur pada tahap pertama bakal dilakukan untuk minyak Sola rCN 53 setara 50 part per million (ppm) di Jabodetabek.

“[BBM di Indonesia akan] menuju [standar] Euro 4 pada 2028, menurunkan sulfur secara bertahap dimulai rencana triwulan III-2024 di Jabodetabek untuk minyak solar CN 53 setara 50 ppm,” ujar Mustika saat dihubungi, awal Maret.

Pada tahap selanjutnya, penurunan tingkat sulfur itu juga bakal dilakukan untuk BBM jenis bensin setara RON 95 dan RON 98 pada triwulan I-2025.

Mustika tidak menjelaskan apakah penurunan sulfur tersebut bakal sejalan dengan desas-desus 'konversi' Pertalite yang setara RON 90 menjadi bahan bakar ramah lingkungan dengan kadar RON tinggi. 

(wdh)

No more pages