“Katakanlah 2 juta [orang] kalau masing-masing spend [keluarkan] 10 juta sudah dihitung Rp200 triliun setahun, potensi besar sekali. Kalau kami bisa bawa separuhnya saja lumayan,” kata Yaqut.
Kendati demikian, Yaqut mengatakan potensi tersebut belum dapat dibawa ke Indonesia karena terdapat ketidaksesuaian aturan yang dimiliki RI dan Arab Saudi. Dengan begitu, ia mengatakan perlu adanya penyesuaian aturan antara dua negara tersebut.
“Aturan masuk investasinya seperti apa, mereka kan susah. Investasi harus perusahaan Arab, kepemilikan harus orang Arab, itu misalnya. Itu kan kami harus sesuaikan,” tutur Menag.
Terkait aturan tersebut, kata Yaqut, Sri Mulyani memberi beberapa saran untuk mengatasinya. Namun ia masih belum dapat menyampaikannya kepada publik.
“Tapi saya belum berani bicara karena kami harus cek dulu, tapi ada beberapa solusi yang akan kami uji di lapangan seperti apa,” pungkas Yaqut.
(lav)