Demi mengembangkan bisnis di Indonesia Starlink membuat badan usaha sebagai prasyarat. Hal lain yang telah Starlink Indonesia penuhi adalah izin Uji Laik Operasi (ULO) serta izin penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP).
Sementara dalam penyelenggara jasa gerbang akses internet atau Network Access Provider/NAP), Starlink Indonesia akan menggandeng mitra lokal. Menteri Kominfo Budi Arie menyatakan bahwa segala kriteria yang diminta telah dipenuhi Starlink.
“Bahwa Starlink itu memenuhi kriteria untuk uji laik operasi di Indonesia. Nanti dia uji coba layanan segala macem. Pertengahan Mei,” terang Budi di kantornya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong menambahkan, pemerintah telah mengkaji permohonan investasi layanan internet satelit dari Starlink Indonesia. Tidak hanya Kemkominfo tapi juga melibatkan lembaga negara lain termasuk Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/BKPM.
“Waktu Starlink mau masuk kemari (Indonesia) itu investasi juga, kan kita lihat comply nggak dia? Apakah dia harus membangun perusahan berbadan hukum Indonesia. Dia kan sudah bikin Starlink Indonesia, misalnya seperti tu. Jadi pastilah kita kaji itu,” pungkas Usman.
Baca Juga: Cara Berlangganan Internet Satelit Starlink
Starlink tahun ini diprediksi mampu mencetak banyak laba, dengan perkiraan US$3,8 miliar (sekitar Rp60 triliun) dan pendapatan US$6,6 miliar (sekitar Rp105,6 triliun). Starlink juga akan membukukan arus kas positif pertamanya di 2024, dari perhitungan Quilty Space.
Analis Chris Quilty mengatakan dalam sebuah paparan pekan lalu menyatakan bahwa pendapatan Starlink akan melampaui gabungan dari bisnis sejenis, SES dan Intelsat—dengan potensi kenaikan pendapatan 80% dibandingkan 2023.
“Jika Anda ingin menempatkannya dalam konteks, SES dan Intelsat mengumumkan bahwa mereka akan bergabung—mereka akan memiliki pendapatan gabungan sekitar US$4,1 miliar (sekitar Rp65,6 triliun),” Quilty dikutip dari laporan.
(fik/wep)