Bloomberg Technoz, Jakarta - Animo internet satelit Starlink di Indonesia merambah ke sosial media. Beberapa pengguna yang telah menerima ‘Starlink Kit’, berisi antena parabola, router WiFi 5 dengan spesifikasi IEEE 802.11a/b/g/n/ac, serta kabel, membagikan pengalaman membongkar, merakit, dan pamer kecepatan internet.
Salah satu pengguna, Eko Kurniawan membagikan hasil pengujian kecepatan internet satelit Starlink lewat posingan di media sosial X. Didapat hasil 233 Mbps dan latensi 32 ms, dengan penggunaan tiga perangkat yang terhubung ke jaringan.
Pemilik akun @drayanaindra masih di media sosial X juga bercerita mendapatkan kecepatan internet di 304 Mbps dalam satu pengujian, sedangkan pada kesempatan berbeda di 266 Mbps.
“Betul sekali. Kalau di daerahnya ada jaringan FO [fiber optic] dan cukup murah untuk pasang, ya mending pake FO gue pun akan ngelakuin hal yang sama,” cerita dia.
“Posisi rumah gue juga bukan daerah terpencil. Walaupun deket ke jalan utama, kabel listrik dan tiang pun harus nge modal sendiri. Dan internet selama ini pake Liveon + modem CAT12 biar dapet speed yang lebih stabil dengan biaya Rp180 ribu untuk 100GB kuota.”
Setelah 12 jam lebih collect signal, speed lebih stabil. Paling cepet 360-an Mbps, Rata-rata 250 Mbps. Geser posisi biar lebih dapet clear view.
— indra (@drayanaindra) May 4, 2024
Masih belum gue pasan permanen nih ? pic.twitter.com/rQ5HrTZPWS
Lain lagi dengan Panji Gautama, yang melakukan pengujian Starlink setelah tiga tahun pemesanan. Dengan peletakkan antena di bagian atas atap rumahnya di Cinere, Starlink secara otomatis mencari posisi paling ideal penangkapan sinyal.
Hasilnya didapat kecepatan download 290 Mbps dan upload 64 Mbps, dengan latensi 13 mn. Pengujian dengan catatan penggunaan satu perangkat yang terhubung pada Starlink yang sebelumnya menghabiskan waktu instalasi 20 menit.
ini posisi sudah terkoneksi ke satelit, tilt otomatis setelah terkoneksi. lagi-lagi, sangat disarankan open sky area karena apparently gen 2 ini cukup sensitif dengan obstruction. pic.twitter.com/FvdmPu7w3R
— Panji Gautama (@rhapsodixx) May 8, 2024
Diketahui, untuk bisa berlangganan Anda bisa mendaftarkan diri ke situs resmi Starlink Indonesia. Ikuti petunjuk dan isi data diri sesuai permintaan. Paket paling murah, Anda bisa berlangganan Rp750.000 per bulan dengan biaya perangkat Rp7,8 juta. Total yang harus dibayarkan Rp8,8 juta karena ada tambahan Rp345.000 biaya penanganan dan ongkos kirim. Biaya awal dan berlangganan bulanan akan lebih mahal jika pilihan paket upgrade.
Tidak Selamanya Stabil di Atas 100 Mbps
Masih dari pengujian yang sama, diakui bahwa kecepatan internet Starlink bisa jauh menurun. Pemilik akun @drayanaindra menjelaskan dalam keadaan tidak terpakai monitor kecepatan Starlink berada di 10 Mbps. Saat jaringan terpakai moderat kecepatan internet akan naik bertahap.

Sebagaimana umumnya internet berbasis satelit, kendala jaringan masih menjadi pekerjaan rumah (PR) utama. Antena parabola harus memiliki open space, artinya bidang penerima atau penangkap sinyal satelit orbit rendah Starlink harus minim penghalang. Beberapa pengguna meletakkan antena di atap rumahnya.
Ketidakstabilan atau gangguan jaringan masih berpotensi terjadi, utamanya karena fenomena alam seperti cuaca hingga badai matahari. Kondisi terakhir bahkan baru saja terjadi akhir pekan lalu. Badai matahari telah mengganggu sistem jaringan internet Starlink.
Meski jaraknya satelit yang mengorbit di area geostasioner lebih rendah dibandingkan perangkat tradisional, tetap saja badai matahari atau letusan massa korona (CME) mengacaukan kerja perangkat milik SpaceX.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menambahkan bahwa Starlink sangat cocok dipakai di wilayah terpencil yang belum punya infrastruktur internet perkotaan. Untuk itulah dia tidak khawatir pangsa pasar provider yang menguasai jaringan kota akan diambil alih oleh Starlink Indonesia.
"Tidak usah khawatir, harganya nggak beradu lah. Dia cocok di 3T, kalau di kota harganya tidak akan kompetitif, dia kalah. Cocoknya di daerah-daerah. Masak Jakarta pakai satelit," ucap dia di kantornya awal bulan Mei.

Pemerintah melalui Kemenkominfo, lanjut Budi Arie, hanya mengurusi kelayakan dan standarisasi jaringan internet. Hingga saat ini perizinan Uji Laik Operasi (ULO), penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP), telah perusahaan dapatkan. Dalam waktu dekat Starlink Indonesia akan meresmikan kehadirannya di Bali.
Soal harga, "biar urusan market [pasar]. Sekarang dia mau ke [segmen] ritel ya silahkan aja, tidak apa-apa. Tidak usah terganggu gitu loh."
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong menambahkan bahwa kompetisi di industri telekomunikasi, khususnya jasa internet, membuat pemain lama justru akan terpacu meningkatkan layanan.
Usman tegas menyebut bahwa regulotor menjalankan fungsi tata kelola di bidang telekomunikasi secara adil namun tetap kompetitif, kendati ada upaya mendorong Starlink lebih aktif menjangkau wilayah yang belum ada jaringan internet.
(fik/wep)