Dalam kaitan defisit, Arief menerangkan bahwa ADB tidak melakukan simulasi fiskal untuk menghitung perkiraan defisit dari suatu negara, termasuk Indonesia. Dengan demikian, ia tidak dapat memproyeksikan besaran defisit RI pada tahun mendatang.
Namun ia berpandangan bahwa kondisi utang Indonesia memang dalam besaran yang cukup tinggi dibandingkan beberapa negara di Asia. Namun, kini sudah mulai menurun jika dibandingkan utang 2021 dan 2022.
“Utang itu naik untuk pandemi, terus kemudian sekarang pelan-pelan turun, tapi kita tidak bisa harapkan turun langsung ke kondisi sebelum pandemi,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan defisit yang dimiliki RI masih dapat dijaga oleh pemerintah, bahkan masih berada dibawah target yang ditetapkan Kementerian Keuangan.
Dengan begitu, Arief menyatakan bahwa jika terdapat kenaikan pengeluaran yang masih dalam rentang selisih penerimaan dan pengeluaran, maka defisit yang dimiliki RI masih akan baik-baik saja.
“Jadi kalau mau ngomong Indonesia 2024 atau 2025, akan baik-baik saja. Hanya pertanyaannya apakah bisa tumbuh dari sekadar 5%?,” ucapnya.
Untuk diketahui, Prabowo Subianto, presiden terpilih hasil Pilpres Februari, menyatakan niatnya untuk mendorong belanja negara lebih berani ketika anggaran negara dibatasi defisitnya maksimal 3% berdasarkan regulasi yang berlaku saat ini.
Prabowo menyatakan hal itu di perhelatan Qatar Economic Forum hari ini, Rabu (15/5/2024), seperti dilansir dari Bloomberg News. Mantan Danjen Kopassus itu menyatakan, pemerintahannya yang akan diresmikan pada Oktober, akan memfokuskan anggaran negara untuk membiayai program unggulannya saat kampanye, program makan siang gratis.
Prabowo menyatakan dalam wawancara dengan Haslindo Amin dari Bloomberg TV, program makan siang gratis itu masih bisa dibiayai sembari tetap mempertahankan defisit APBN di level 3% dengan memangkas pengeluaran atau belanja yang tidak penting.
Ketika didesak lagi oleh Amin apakah itu berarti pemerintah akan menaikkan batas defisit ke 4% atau 5%, Prabowo menggelengkan kepala. Belanja lebih berani tidak berarti mengerek defisit dari batas 3%.
"'[Batas defisit APBN] 3% itu adalah sesuatu yang arbitrer, tidak banyak negara yang bertahan dengan itu, tapi kami memiliki tradisi menjaga pengelolaan fiskal tetap prudent. Saat ini defisit APBN kami termasuk yang paling rendah di dunia, jadi saya kira ini saatnya untuk lebih berani dalam pembelanjaan dengan good governance," kata Prabowo.
(azr/lav)