Logo Bloomberg Technoz

Harga dan Ekspor CPO Sulit Bangkit, Mulai Ditinggalkan Konsumen

Pramesti Regita Cindy
16 May 2024 10:50

Minyak kelapa sawit mentah./Bloomberg
Minyak kelapa sawit mentah./Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai kelesuan permintaan global pascaperayaan Idulfitri menjadi pemicu tren bearish harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) belakangan ini.

Ketua Umum Gapki Eddy Martono menjelaskan, selain akibat permintaan yang lesu, harga CPO dunia makin lama makin kalah kompetitif dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya, khususnya minyak kedelai atau soybean oil.

“Sekarang selisih CPO dibandingkan dengan soybean di bawah US$200/ton, sedangkan konsumen ada pilihan untuk ke soybean. Karena apa? Pertama, lebih murah. Kedua, pengirimannya lebih dekat,” kata Eddy saat dihubungi, Kamis (16/5/2024).

Suplai minyak nabati lain yang sedang meningkat, jelasnya, praktis menekan harga. Ketika harga minyak lain seperti biji rapa, biji bunga matahari atau kedelai makin jauh lebih murah dari CPO; konsumen akan cenderung mengalihkan preferensinya ke jenis minyak lain. 

Petani melakukan panen sawit di Perkebunan sawit PT Perkebunan Nusantara III (Dimas Ardian/Bloomberg)

Dalam kesempatan terpisah akhir Apri, Eddy mengatakan kecenderungan peningkatan produksi minyak nabati selain CPO sudah mulai tampak sejak Oktober tahun lalu.