Hasil yang lemah ini terjadi ketika bank sentral sedang mencermati data untuk menentukan kapan mereka harus menaikkan suku bunga setelah melakukan kenaikan pertama dalam 17 tahun pada bulan Maret.
Banyak ekonom memperkirakan bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) akan mengambil tindakan lagi di akhir tahun ini. Mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini hingga Juni, seiring dengan pulihnya produksi mobil dan kenaikan gaji yang mengangkat sentimen konsumen. Banyak keluarga juga akan menerima potongan pajak satu kali mulai bulan Juni.
Meskipun data kuartal pertama memberikan gambaran suram bagi ekonomi, ada juga perkembangan positif. Pada kuartal pertama, perusahaan-perusahaan keluar dari negosiasi tahunan dengan serikat pekerja yang menjanjikan kenaikan upah terbesar dalam tiga dekade. Prosepek kenaikan gaji yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi merupakan faktor di balik keputusan BOJ untuk menaikkan suku bunga pada Maret.
Masih harus dilihat apakah pengeluaran konsumen akan meningkat dengan kuat. Subsidi untuk membatasi kenaikan biaya utilitas akan berakhir pada akhir Mei, dan pelemahan yen membebani sentimen di berbagai industri jasa.
Pihak berwenang dan eksekutif bisnis Jepang telah menyuarakan keprihatinan atas pelemahan mata uang, yang telah menekan rumah tangga dan perusahaan kecil dengan meningkatkan biaya untuk energi dan bahan impor lainnya. Bahkan ketika eksportir termasuk Toyota membukukan kinerja yang kuat.
BOJ saat ini memperkirakan inflasi yang didorong oleh biaya akan terus mereda, dan beralih ke kenaikan harga yang didorong oleh permintaan. Gubernur Kazuo Ueda mengatakan bank sentral akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan jika pergerakan mata uang asing berdampak besar pada tren inflasi.
(bbn)