Logo Bloomberg Technoz

Perlambatan laju inflasi di AS menjadi sentimen positif bagi emas. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics mengumumkan inflasi Negeri Adikuasa pada April berada di 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih rendah dibandingkan Maret yang sebesar 0,4%.

Kemudian inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada April tercatat 3,4%. Juga melambat ketimbang Maret yang 3,5% yoy.

Lalu inflasi inti tahunan ada di 3,6%. Lebih rendah dibandingkan Maret yang sebesar 3,8% sekaligus jadi yang terendah sejak April 2021 atau 3 tahun terakhir.

“Data ini bisa menjadi indikasi bahwa tekanan inflasi akan mereda dan The Fed (Federal Reserve, Bank Sentral AS) bisa menurunkan suku bunga acuan,” tegas Phillip Streble, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Penurunan suku bunga akan menjadi kabar baik bagi emas, yang berstatus sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas lebih menguntungkan dalam iklim suku bunga rendah.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 68. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Namun perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI berada di 94,78. Di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).

Alhasil, risiko koreksi harga emas masih terbuka. Target support terdekat ada di US$ 2.388/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.382/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Sementara target resisten terdekat adalah US$ 2.394/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik ke arah US$ 2.395/troy ons. Terlihat bahwa potensi kenaikan harga sudah kian terbatas.

Dinamika harga emas dunia akan mempengaruhi harga emas Antam.

(aji)

No more pages