“Setelah koreksi yang cukup dalam, pasar kini melihat harga CPO sudah kompetitif,” ujar Anilkumar Bagani, Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, India kepada Bloomberg.
Sementara itu, harga minyak kedelai di Dalian (China) bertambah 0,54% pada perdagangan kemarin. DI Chicago Board of Trade (Amerika Serikat), harga terkerek 0,58%.
Ekspektasi terhadap peningkatan pasokan minyak kedelai membuat CPO kekurangan peminat. Di Amerika Serikat (AS), saat ini penanaman kedelai sudah mencapai 35%, di atas periode yang sama dalam 5 tahun terakhir yang rata-rata 34%. Bahkan, penanaman diperkirakan bisa mencapai 39%.
Eddy sebelumnya menjelaskan produk CPO Indonesia di pasar global menjadi tidak kompetitif lantaran banyaknya kebijakan-kebijakan seputar domestic market obligation (DMO) yang menekan laju ekspor.
Belum lagi, negara tujuan ekspor CPO terbesar Indonesia yakni China dan India mulai mencari alternatif ke minyak nabati lain.
"Ini tidak kompetitifnya bagi kita dibandingkan dengan negara tetangga [Malaysia, yang juga produsen besar CPO]. Kita harus bermain dalam kebijakan, misalnya besaran PE [pungutan ekspor] dan BK [bea keluar]-nya dikurangi besarannya [agar] lebih kompetitif," tegasnya.
Selain itu, kian meningkatnya produksi minyak nabati lain menurut Eddy juga menjadi salah satu alasan mengapa rata-rata harga minyak kelapa sawit jadi cenderung lebih mahal dari pada rerata harga minyak nabati dunia.
(prc/wdh)