Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar Surat Berharga Negara (SBN) bersiap tersulut sentimen bullish dari pasar global yang terpantik euforia beli pasca data inflasi Amerika Serikat (AS) memperkuat peluang penurunan bunga acuan The Fed pada semester dua tahun ini.

Pasar obligasi negara domestik sempat 'lesu darah' karena menunggu sinyal lebih kuat dari negeri paman sam ditambah kekhawatiran pelaku pasar akan adanya risiko kenaikan bunga acuan BI rate lagi tahun ini. Namun, dua data berturut-turut yang dilansir pekan ini yaitu inflasi harga produsen (PPI) dan inflasi harga konsumen (CPI) bulan April ditambah data pasar tenaga kerja serta penjualan ritel yang melemah di Amerika, memberikan keyakinan pada pasar bahwa disinflasi berada di jalur yang tepat sehingga menaikkan peluang penurunan bunga The Fed tahun ini.

Arus beli memuncak di pasar obligasi global dengan yield Treasury, surat utang AS, anjlok tajam ke 4,34%. Indeks harga obligasi global di negara maju ditutup menguat 0,55%, begitu juga indeks harga global negara berkembang yang ditutup menguat 0,71%.

Lanskap ini akan memberikan penguatan pada pasar SBN di mana yield INDOGB, SBN rupiah, tenor 10Y diperkirakan akan turun ke 6,85%-6,95%, menurut perkiraan analis Mega Capital Sekuritas. "Namun, yield 10Y INDON [SBN dolar AS], belum tentu ikut turun karena pola inverted antara 10Y dan 2Y. Menurut kami, peluang yield INDON 2Y turun lebih besar akibat pola inverted itu," kata Fixed Income and Macro Strategist Lionel Prayadi dalam catatannya pagi ini.

Sentimen bullish itu juga akan membawa rupiah menguat hari ini meninggalkan zona Rp16.000/US$. "Potensi apreasiasi rupiah membuka peluang penurunan bunga diskonto SRBI [Sertifikat Rupiah Bank Indonesia] tenor 12 bulan ke rentang 7,3%-7,4% dari tadinya 7,52%," kata Lionel.

Dalam perdagangan kemarin, yield INDOGB 2Y stagnan di 7,02%, sedangkan 10Y turun 5,1 bps ke 6,98%, disusul tenor panjang 30Y stagnan di 7,01%. Adapun INDON tenor pendek 2Y masih naik 2 bps ke 5,4%, sedangkan 10Y turun 2,5 bps ke 5,27%.

Belanja APBN lebih berani

Prabowo Subianto, presiden terpilih hasil Pilpres Februari, menyatakan niatnya untuk mendorong belanja negara lebih berani ketika anggaran negara dibatasi defisitnya maksimal 3% berdasarkan regulasi yang berlaku saat ini.

Prabowo menyatakan hal itu di perhelatan Qatar Economic Forum hari ini, Rabu (15/5/2024), seperti dilansir dari Bloomberg News. Mantan Danjen Kopassus itu menyatakan, pemerintahannya yang akan diresmikan pada Oktober, akan memfokuskan anggaran negara untuk membiayai program unggulannya saat kampanye, program makan siang gratis.

Prabowo menyatakan dalam wawancara dengan Haslindo Amin dari Bloomberg TV, program makan siang gratis itu masih bisa dibiayai sembari tetap mempertahankan defisit APBN di level 3% dengan memangkas pengeluaran atau belanja yang tidak penting.

Ketika didesak lagi oleh Amin apakah itu berarti pemerintah akan menaikkan batas defisit ke 4% atau 5%, Prabowo menggelengkan kepala. Belanja lebih berani tidak berarti mengerek defisit dari batas 3%.

"'[Batas defisit APBN] 3% itu adalah sesuatu yang arbitrer, tidak banyak negara yang bertahan dengan itu, tapi kami memiliki tradisi menjaga pengelolaan fiskal tetap prudent. Saat ini defisit APBN kami termasuk yang paling rendah di dunia, jadi saya kira ini saatnya untuk lebih berani dalam pembelanjaan dengan good governance," kata Prabowo.

Prabowo sangat percaya diri bahwa perekonomian RI bisa mencetak pertumbuhan 8% dengan mudah dalam dua-tiga tahun masa pemerintahannya.

Pernyataan Prabowo terbaru ini memberi petunjuk pada pelaku pasar yang bertanya-tanya tentang bagaimana arah kebijakan fiskal pemerintahannya nanti dengan begitu banyak program berbiaya besar yang ingin ia wujudkan, seperti makan siang gratis, hingga melanjutkan kebijakan pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) yang sudah diinisiasi oleh pemerintahan Joko Widodo.

(rui/lav)

No more pages