Logo Bloomberg Technoz

Jika berkaca pada laporan keuangan salah satu emiten, yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan sumber daya mineral yaitu emas. 

Peningkatan produksi emas dan kenaikan harga jual emas, berdampak positif terhadap kinerja keuangan BRMS secara keseluruhan pada 2022. Pendapatan BRMS dari penjualan emas meningkat 27% menjadi US$ 10 juta atau sekitar Rp 153 miliar.

Adapun emiten lainnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tahun lalu membukukan volume rekor tertinggi sepanjang sejarah atas penjualan emas perseroan.

Tren positif tersebut juga terlihat pada pergerakan harga saham. Sebagai gambaran, saham BRMS saat ini ada di level Rp 170/saham, secara bulanan terjadi kenaikan 5,5%. Saham ANTM juga melaju dalam tren positif di level Rp 2.050/saham, dan kenaikannya menuju 2%.

Pergerakan Saham ANTM Dalam 1 Bulan Terakhir (Bloomberg)

Kenaikan harga saham juga terjadi pada emiten lainnya, seperti PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Saham ARCI menguat 2,4% secara bulanan ke harga Rp 342/saham. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menguat 1,5% ke harga Rp 354/saham.

Adapun PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sahamnya melesat 3,5% dalam tiga hari terakhir ke harga Rp 4.110/saham.

Sekadar informasi, ARCI merupakan perusahaan yang memiliki 100% kepemilikan di Tambang Emas Toka Tindung, suatu tambang pure-play emas. Sedangkan HRTA merupakan perusahaan perdagangan perhiasan emas yang berpengalaman lebih dari 20 tahun. Terkini HRTA menyepakati perjanjian ekspor perhiasan emas dengan Kundan senilai total US$ 300 juta (Rp 4,5 triliun) dalam setahun ke depan.

Pergerakan Saham MDKA Dalam 3 Hari Terakhir (Bloomberg)

Mengutip riset sektoral oleh Timothy Gracianov, Equity Research Analyst Aldiracita Sekuritas Indonesia, harga rata-rata emas pada 2023 diproyeksikan terus menguat di tengah terjadinya ketidakpastian makroekonomi. Katalis lain adalah angka inflasi yang masih tinggi, kenaikan suku bunga yang agresif, dan adanya risiko geopolitik.

Sentimen selanjutnya adalah melemahnya nilai Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkontraksi nyaris 2%, dengan terus membentuk lower low. Adapun Timothy menilai, AS akan menghadapi hard landing ekonomi dan terkena sentimen risiko geopolitik yang akan menjadi faktor yang bisa mempengaruhi laju indeks tersebut.

Dollar Index Koreksi 1,8% Secara Bulanan (Bloomberg)

“Kami memperkirakan pembelian emas dari Bank Sentral memperkuat ketidakpastian makroekonomi dan risiko geopolitik,” paparnya dalam riset Metals and Mining (Gold) Outlook 2023, dikutip Rabu (29/3/2023).

Head of Investment Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya, memproyeksikan harga emas dunia akan terus menguat, dengan katalis terjadinya pra-resesi, dan Dollar Index yang bergerak turun. Kedua hal ini akan mendongkrak laju harga karena emas akan menjadi lindung nilai yang aman.

Hariyanto mengunggulkan saham MDKA dan ANTM. Bersamaan dengan tren harga emas yang menanjak, akan meningkatkan pendapatan emiten pilihan sepanjang kinerja 2023. Apalagi jika melihat catatan bahwa lebih dari 50% pendapatan MDKA berasal dari bisnis emas. Saham ANTM juga mendapat sentimen positif karena perseroan akan menerima manfaat dari harga emas yang melesat. 

Adapun Timothy menjagokan saham MDKA. Ia memproyeksikan penjualan emas sepanjang 2023 pada anak usaha Tujuh Bukit meningkat double digit dengan asumsi Average Selling Price (ASP) dan volume penjualan yang terus naik. Timothy mempertahankan peringkat Buy dengan TP MDKA secara fundamental di level Rp 5.720/saham.

Sementara itu Thomas Radityo Equity Research Analyst Ciptadana Sekuritas Asia memaparkan, ANTM mencatatkan angka pertumbuhan pendapatan 19,5% secara tahunan. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan emas. Jika harga emas terus menanjak, tentunya akan berdampak positif terhadap kinerja ANTM kedepannya.

Mencermati kinerja 2022, Thomas mempertahankan TP harga ANTM di level Rp 3.000/saham, yang berasal dari metode valuasi EV/EBITDA.

(fad/wep)

No more pages