Kapitalisasi pasar SMGR juga tersisa Rp27,72 triliun yang setara dengan PBV 0,63x dan PER 13,3x.
Sejak awal tahun hingga saat ini, saham SMGR telah longsor 36% dan memberikan kerugian di atas kertas bagi pemegang saham. Ibaratnya, apabila investor berinvestasi Rp100 juta pada awal tahun di saham SMGR, kini nilai investasinya hanya berkisar Rp64 juta saja.
Kemarin saham SMGR juga anjlok 3,65% setelah investor merasa kecewa dengan kinerja laporan keuangan tahun penuh 2023 yang mencatatkan penurunan laba bersih mencapai 8,2% yoy menjadi hanya Rp2,17 triliun.
Berdasarkan Publikasi laporan keuangan terbarunya, SMGR juga mencatatkan perolehan kinerja Kuartal I-2024 yang sama lesunya. SMGR hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp471,81 miliar, drop 19% yoy. Padahal setahun lalu, pada Maret 2023 SMGR berhasil mencatat laba mencapai Rp561,61 miliar.
Sebabnya, pendapatan Perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri semen ini hanya tercatat Rp8,37 triliun di sepanjang Kuartal I-2024. Melemah 6,26% yoy.
Adapun pendapatan pihak ketiga SMGR drop 6,81% menjadi Rp7,85 triliun. Di saat pendapatan Perusahaan tertekan, justru jumlah beban produksi dan harga pokok produksi tetap stabil dan stagnan di angka Rp6,67 triliun, dan Rp6,52 triliun.
Tak hanya itu, sentimen negatif juga datang dari Rebalancing MSCI Global Standard Index, dan MSCI Small Cap Index. Saham SMGR terdepak dari jajaran saham-saham unggulan konstituen MSCI Global Standard Index, bersama dengan saham TOWR, mengutip keterangan MSCI, Rabu.
Sementara, saham SMGR akan bergeser ke dalam MSCI Small Cap Index. Bersama dengan keempat lainnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), TOWR, SMGR, dan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ).
(fad)