“Sementara itu impor non migas dari Jepang dan Australia masing-masing mencapai US$0,96 miliar dan US$0,78 miliar,” katanya.
Australia, kata Pudji menjadi posisi ketiga negara asal utama impor pada April 2024 dengan besaran senilai US$0,78 miliar. Capaian itu tercatat mengalami kenaikan baik secara bulanan (mtm) ataupun tahunan (yoy), dengan besaran masing-masing US$0,74 pada Maret 2024 dan US$0,61 pada April 2023.
Selain itu, impor dari ASEAN juga tercatat turun menjadi US$2,16 miliar, dari yang bulan sebelumnya sebesar US$2,76 miliar. Meskipun begitu jika dibandingkan bulan April 2023 tercatat mengalami kenaikan yang kala itu sebesar US$1,90 miliar.
Sementara impor non-migas dari Uni Eropa juga mengalami penurunan, pada bulan April 2024 tercatat sebesar US$0,85 yang pada bulan Maret 2024 senilai US$0,87 miliar dan pada April 2023 sebesar 0,98 miliar.
Sebagai tambahan, nilai impor bulan April adalah US$16,06 miliar, naik 4,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Meski tumbuh, tetapi laju kenaikan impor jauh melambat karena pada Maret mencapai 12,76% (yoy). Sementara jika dibandingkan Maret (mtm), impor turun 10,6%.
(azr/lav)