Dengan demikian, Belladona mengatakan langkah terbaik untuk mencapai target NZE adalah melakukan kerja sama dengan kekuatan masing-masing, salah satunya melalui CCS. Apalagi, penangkapan karbon atau carbon capture sedang mendapatkan momentumnya belakangan ini.
Korporasi migas multinasional seperti Chevron Corp sedang membangun teknologi untuk menangkap karbon dioksida dari cerobong asap, sementara Microsoft Corp berinvestasi pada perusahaan rintisan (startup) yang berupaya menghilangkan gas rumah kaca dari udara secara langsung.
Namun, meski ada momentum peningkatan kebutuhan untuk melakukan dekarbonisasi, teknologi CCS mendapat banyak penolakan.
Keterlibatan industri migas di proyek ini, khususnya, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa penangkapan karbon dapat digunakan untuk melanggengkan ekstraksi minyak dan gas bumi, sehingga membahayakan iklim alih-alih membantu melindunginya. Praktik tersebut kerap disebut juga sebagai greenwashing.
Kendala biaya juga dapat membatasi kegunaan CCS, serta terdapat pertanyaan apakah teknologi tersebut dapat ditingkatkan skalanya. Perdebatan ini mengemuka dalam perundingan iklim COP28 tahun lalu, yang diadakan di Uni Emirat Arab (UEA) yang kaya minyak, di mana teknologi CCS merupakan pilar utama dari perjanjian KTT tersebut.
Pada tahun-tahun mendatang, dunia harus memutuskan apakah penangkapan karbon dapat dilakukan secara bertanggung jawab – dan apa yang harus dilakukan terhadap CO2.
(dov/wdh)
