Logo Bloomberg Technoz

Sedangkan, sektoral saham teknologi mengalami penguatan 0,13%.

Melesatnya IHSG yang begitu tinggi merupakan efek secara langsung dari menguatnya sejumlah saham Big Caps, terutama saham-saham Grup Barito milik Prajogo Pangestu.

Berikut 10 selengkapnya berdasarkan data Bloomberg, Rabu (15/5/2024).

  1. Barito Renewables Energy (BREN) menyumbang 31,37 poin
  2. Chandra Asri Pacific (TPIA) menyumbang 27,86 poin
  3. Bank Mandiri (BMRI) menyumbang 13,82 poin
  4. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyumbang 10,85 poin
  5. Amman Mineral Internasional (AMMN) menyumbang 6,25 poin
  6. Barito Pacific (BRPT) menyumbang 4,58 poin
  7. Bank Negara Indonesia (BBNI) menyumbang 3,49 poin
  8. Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) menyumbang 2,01 poin
  9. Aneka Tambang (ANTM) menyumbang 0,84 poin
  10. Kalbe Farma (KLBF) menyumbang 0,72 poin

Adapun saham-saham keuangan juga jadi pendorong penguatan IHSG, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menguat 1,71% ke posisi Rp2.390/saham dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga melesat dengan kenaikan 1,61% ke posisi Rp1.260/saham.

Disusul oleh penguatan saham infrastruktur, PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang menguat 4,62% ke Rp68/saham, dan saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) yang terbang 2,19% ke Rp374/saham.

Menguatnya IHSG yang begitu optimis siang ini juga merupakan cerminan dari data Neraca Perdagangan RI yang mencatatkan surplus selama 48 bulan atau 4 tahun.

Badan Pusat Statistik memaparkan, data perdagangan internasional Indonesia periode April. Sesuai dengan ekspektasi, ekspor berhasil tumbuh positif.

Pada Rabu, BPS menuturkan, nilai ekspor Indonesia bulan lalu tercatat US$19,62 miliar. Menguat 1,72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

Menariknya, ini menjadi pertumbuhan positif pertama secara tahunan sejak Mei 2023 silam. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor tumbuh 4,57% yoy.

Adapun impor Indonesia melambat pada April. BPS mengumumkan nilai impor bulan lalu adalah US$16,06 miliar. Mencatat kenaikan 4,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Meski tumbuh, tetapi laju kenaikan impor jauh melambat karena pada Maret menyentuh 12,76% yoy. Adapun konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan impor tumbuh 7,15% yoy.

Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus US$3,56 miliar. Lebih tinggi ketimbang perkiraan pasar sebelumnya yaitu US$ 3,15 miliar.

Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 48 bulan beruntun. Kali terakhir Neraca Perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020.

Dalam 20 tahun, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua. Hanya kalah dari Februari 2004–Maret 2008 atau 50 bulan berturut-turut.

(fad)

No more pages