Logo Bloomberg Technoz

"Investor asing masih melanjutkan inflow dalam lelang SUN hari ini dengan nilai incoming bids asing sebesar Rp6,38 triliun di mana mayoritas di tenor 5Y sebesar Rp2,69 triliun dan dimenangkan sebesar Rp1,9 triliun," kata Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Deni Ridwan, dalam penjelasannya, sore ini.

Sejurus dengan tingkat yield yang melandai di pasar sejak arus masuk asing kembali masuk beberapa pekan terakhir, permintaan imbal hasil dalam lelang kali ini memang lebih rendah dibanding lelang SUN sebelumnya, terutama untuk seri-seri favorit. 

FR0101 misalnya, mencatat permintaan yield antara 6,94%-7,20%, sedangkan FR0100 membukukan permintaan imbal hasil di 6,99%-7,25%. Tingkat permintaan imbalan itu lebih rendah dibanding rentang permintaan saat lelang 30 April, masing-masing di kisaran 7,10%-7,50% dan 7,19%-7,65%.

Pemerintah akhirnya memenangkan yield tertinggi untuk dua seri terbanyak diincar itu masing-masing di 7,03% dan 7,05%. Lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di 7,19% dan 7,28%.

Meski begitu, yield dimenangkan untuk tenor 5 dan 10 tahun dalam lelang hari ini masih lebih tinggi ketimbang tingkat imbal hasil di pasar sekunder di mana dalam penutupan pasar sore ini ada di 6,98% dan 7,02%.

"Pasar SBN yang relatif membaik dua pekan terakhir mendorong penurunan Weighted Average Yield (WAY) Obligasi Negara yang dimenangkan pada lelang hari ini antara 10-22 bps dibandingkan WAY pada lelang SUN sebelumnya," kata Deni.

Pemerintah akhirnya memenangkan hanya sebesar Rp21,36 triliun dari total permintaan masuk, di bawah target indikatif Rp22 triliun. "Keputusan itu dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2024, dan kondisi kas negara terkini. Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2024, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2024," kata Deni.

Imbal hasil tenor pendek 

Namun, meski secara umum yield yang dimenangkan cenderung lebih rendah dibanding lelang sebelumnya, di mana hal itu menjadi kabar baik bagi pemerintah selaku issuer obligasi, karena berarti biaya pendanaan (cost of fund) lebih murah, tingkat imbal hasil untuk tenor pendek terpantau naik.

Seri SPN yang ditawarkan dalam lelang kali ini ada dua yaitu tenor 3 bulan dan 12 bulan. Investor meminta yield untuk dua seri itu masing-masing 6,6% dan 6,76%-6,96%.

Batas bawah permintaan yield tersebut lebih tinggi lelang sebelumnya di 6,5% dan 6,72%. Sementara incoming bids yang masuk juga cukup besar masing-masing hingga Rp2,3 triliun dan Rp5,1 triliun. Permintaan masuk untuk tenor 12 tahun lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya yang sekitar Rp4,92 triliun.

Meski peminat banyak dan yield diminta kisarannya lebih rendah, pemerintah memenangkan di tingkat imbal hasil lebih tinggi yaitu WAY 6,82% dan tertinggi di 6,89% untuk tenor 12 bulan, sedang untuk tenor 3 bulan ditetapkan di 6,60%.

Yield dimenangkan itu lebih tinggi dibanding lelang SUN sebelumnya yang di level 6,55% untuk 3 bulan dan tenor 12 bulan sebesar 6,82%.

Kenaikan imbal hasil dimenangkan untuk SUN tenor pendek itu ditengarai sebagai buntut dari 'persaingan' perebutan likuiditas antara pemerintah dengan Bank Indonesia. Dalam lelang Sertifikat Rupiah Bank Indonesia terakhir pekan lalu, SRBI 12 bulan diganjar imbal hasil hingga 7,53%.

(rui)

No more pages