Logo Bloomberg Technoz

Memuncaknya belanja masyarakat pada Maret akan membawa kinerja penjualan ritel selama kuartal 1-2024 tumbuh 5,6% year-on-year. Hanya saja, setelah memuncak, kinerja penjualan ritel diperkirakan akan melemah pada April hingga September nanti. Hasil survei mencatat, penjualan eceran pada April diperkirakan melambat, kemungkinan hanya akan tumbuh 3,3% month-to-month

Secara tahunan, pertumbuhannya bahkan lebih kecil lagi, hanya 0,1% dari sebesar 9,3% pada Maret lalu, meski masih ada efek perayaan Idulfitri yang jatuh pada 10 April. Sektor alat informasi dan komunikasi serta sektor makanan dan minuman menyokong penjualan ritel bulan lalu.

Lesu Sampai September

Hasil survei juga mencatat, penjualan eceran di Indonesia akan semakin lesu pada tiga dan enam bulan ke depan atau pada Juni dan September 2024. 

Hal itu terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan pada Juni dan September yang masing-masing tercatat di 127,5 dan 140,4, lebih rendah dibanding periode sebelumnya di 147,8 dan 164,9.

"Penurunan ekspektasi penjualan pada Juni adalah karena adanya musim ujian sekolah [di bulan tersebut] dan berakhirnya program diskon peritel. Sedangkan perkiraan penurunan pada September adalah karena keadaan cuaca yang kurang mendukung dan hambatan distribusi barang," jelas Bank Indonesia.

Para peritel juga memperkirakan tekanan inflasi pada Juni dan September akan menurun. Indeks Ekspektasi Harga Umum pada Juni dan September tercatat masing-masing sebesar 140,1 dan 134,5. Angka-angka itu lebih rendah dibanding indeks bulan sebelumnya yang sebesar 146,1 dan 136,1.

Efek Pilkada Serentak

Pengungkit pertumbuhan penjualan ritel di sisa tahun ini memang relatif tidak ada lagi. Banyaknya long weekend mungkin memicu belanja liburan masyarakat dan sedikit banyak bisa berdampak mendukung penjualan ritel. Namun, dampaknya belum akan sebesar Ramadan-Idulfitri.

Sedangkan musim perayaan tersisa di ujung tahun nanti yakni Natal dan Tahun Baru. Bulan depan ada perayaan Iduladha dan musim haji yang biasanya memantik kenaikan belanja hewan kurban, akan tetapi secara historis tidak terlalu signifikan berimbas pada lonjakan penjualan ritel.

Begitu juga momen liburan sekolah sekitar Juni-Juli, mungkin akan membawa dampak ke penjualan eceran. Namun, karena pada pergantian tahun ajaran baru sekolah juga berarti jadwal pembayaran uang tahunan sekolah, orang tua mungkin akan menahan belanja karena memprioritaskan uang sekolah anak.

Musim perayaan tahun ini tersisa pada akhir tahun nanti yaitu perayaan Natal dan Tahun Baru. Akan tetapi, berkaca pada tahun lalu, penjualan ritel masyarakat pada Desember 2023 hanya tumbuh 0,2% year-on-year, melambat dari bulan sebelumnya 2,1%. Meski secara bulanan ada kenaikan 4,9% pada Desember.

Momen Pilkada serentak pada akhir November mungkin bisa membantu penjualan ritel lebih trengginas. Alokasi belanja pemerintah daerah di 37 provinsi yang menggelar Pilkada serentak diperhitungkan sekitar Rp27 triliun. Kebutuhan seputar kampanye mungkin akan menyumbang kenaikan penjualan ritel di sisa tahun ini.

(rui/aji)

No more pages