Logo Bloomberg Technoz

“Kami mencatat bahwa perubahan harga baru-baru ini tidak didorong oleh fundamental pasar, karena prospek produksi tanaman belum membaik, tetapi sebagian besar disebabkan oleh manuver perdagangan,” tulis BMI.

Gangguan Produksi

Pada saat bersamaan, BMI mengestimasikan produksi kakao global akan turun 11,7% yoy pada 2024, atau dari 5 juta ton tahun lalu menjadi 4,4 juta ton tahun ini. Penurunan produksi sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran sisi dari pasokan di Afrika Barat.

“Kami memperkirakan ini akan menjadi musim defisit ketiga berturut-turut pada pasar kakao,  dengan produksi yang tertinggal dari konsumsi sebesar 0,4 juta ton,” papar laporan tersebut.

Proyeksi defisit pasok kakao global juga dipicu oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung, dengan curah hujan di bawah rata-rata yang terkait dengan peristiwa El Niño yang dialami di Afrika Barat, tempat sekitar 70% kakao dunia diproduksi.

Kondisi tersebut kian diperburuk oleh angin musiman Harmattan yang intens dan tingginya insiden penyakit tanaman.

“Akibat sekitar 80% hingga 85% dari total produksi Afrika Barat untuk musim 2023—2024 telah dipanen, kami yakin kecil kemungkinannya bahwa pertengahan panen antara April dan September dapat memperbaiki defisit di pasar kakao,” kata BMI.

Belum lagi, sejumlah faktor struktural membebani produksi di kawasan Afrika Barat, dan tren negatif jangka panjang ini terutama terlihat di Ghana. 

Organisasi Kakao Internasional (ICCO) pada Maret juga menyatakan bahwa defisit produksi Ghana tampaknya bersifat struktural, sehingga memperkuat keyakinan bahwa produksi perkebunan menengah dan kecil di negara ini akan tetap berada di bawah tahun lalu.

ICCO juga mengutip laporan yang menunjukkan bahwa 25%—30% pertanian kakao di Pantai Gading terinfeksi Penyakit Virus Kakao Bengkak, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan struktural Ghana.

“Kami menandai penyakit ini sebagai risiko penurunan produksi yang signifikan di Pantai Gading dalam jangka menengah dan panjang,” tulis BMI.

Ilustrasi petani kakao. (Sumber: Bloomberg)

Permintaan Kakao

Dari sisi permintaan, BMI memperkirakan konsumsi kakao akan turun dari 5,02 juta ton tahun lalu menjadi 4,81 juta ton pada tahun ini, penurunan sebesar 4,14% yoy. 

Menurut data yang dirilis oleh asosiasi kakao regional untuk kuartal I-2024, penggilingan kakao secara keseluruhan di Eropa, Asia, dan Amerika Utara pada kuartal I-2024 turun 0,7% yoy.

Meskipun demikian, penggilingan global secara keseluruhan meningkat sebesar 5,5% dari kuartal IV-2023, menunjukkan bahwa permintaan tetap bertahan meskipun harga biji kakao terus meningkat. 

“Hal ini makin memperkuat sentimen bullish di pasar dan ekspektasi kami terhadap harga yang akan tetap berada di atas rata-rata historis sepanjang 2024,” papar laporan tersebut.

Terbatasnya penurunan produksi penggilingan di Asia dan Eropa, serta peningkatan di Amerika Utara, menunjukkan bahwa harga tidak terlalu membebani permintaan prosesor.

“Kami memperkirakan volume pengolahan biji kakao akan menurun pada kuartal-kuartal mendatang dan kami akan memantau data penggilingan pada kuartal II-2024, yang akan diterbitkan pada Juli, di mana kami memperkirakan konsumsi akan berada di bawah tekanan karena hal ini akan menjadi tanda melemahnya momentum pasar.”

Permintaan kakao juga menunjukkan adanya dampak bullish dari Peraturan Deforestasi UE (EUDR), yang diterbitkan pada Juni 2023 dan akan berlaku mulai Januari 2025.

Undang-undang tersebut akan melarang penjualan komoditas tercakup di Uni Eropa yang tidak bebas deforestasi.

(wdh)

No more pages