"Risiko utama adalah data CPI yang lebih tinggi," kata Andrew Tyler dari JPMorgan Chase & Co.
"Tetapi, data makro mendatang menciptakan risiko dua arah– dengan satu terkait dengan pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan yang memicu kekhawatiran inflasi dan lainnya adalah pertumbuhan yang lebih lemah yang memicu kekhawatiran resesi atau stagflasi,” terangnya.
Pasar memperkirakan inflasi AS April sebesar 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sama dengan inflasi pada Maret.
Sementara dibandingkan April tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan ada di angka 3,4%, sedikit melambat dibandingkan Maret kemarin yang sebesar 3,5%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan diperkirakan 3,6%, juga melambat dibandingkan Maret yang 3,8%.
Inflasi menjadi salah satu pertimbangan bagi Bank Sentral Federal Reserve untuk menentukan kebijakan moneter, termasuk suku bunga acuan.
(fad/wep)