Perusahaan Boy Thohir & Edwin Soeryadjaya IPO untuk Bayar Utang
Whery Enggo Prayogi
29 March 2023 19:07
Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) perusahaan pertambangan nikel dan mineral lain, milik pengusaha Garibaldi Thohir atau Boy Thohir dan grup Saratoga lewat Edwin Soeryadjaya akan menawarkan saham kepada publik maksimal Rp 8,74 triliun. Mayoritas dana akan dialokasikan untuk pembayaran utang.
Dalam keterangan tertulisnya sebagaimana dikutip Rabu (29/3/2023), Merdeka Battery Materials menawarkan 11 miliar saham baru kepada masyarakat dengan kisaran harga Rp 780 hingga Rp 795. Saham ini setara dengan 10,24% dari modal ditempatkan dan disetor. Nilai nominal atas saham sebesar Rp 100.
Hasil penggalangan dana IPO digunakan sebagai:
- Sekitar 53% pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka. Nilai utang total US$ 300 juta dan terbagi ke dalam dua pihak, yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) US$ 225 juta. MDKA dan MBMA saling terafiliasi. Kemudian US$ 75 juta adalah utang persepan kepada ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank).
- Sekitar 6% atau sekitar US$ 30 juta akan digunakan MBMA untuk mengambil alih hak tagih yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Selanjutnya, MBBA akan memiliki hak tagih kepada MTI senilai US$ 30 juta atau setara Rp460,5 miliar dengan syarat dan ketentuan yang sama dengan Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk.
- Sekitar 2% akan digunakan oleh MBMA untuk modal kerja seperti biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
- Sekitar 9% akan dipinjamkan kepada MTI. Uang pinjaman ini akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan AIM I. Proyek ini dijadwalkan akan memulai produksi pada tengah tahun ini.
- Sekitar 16% akan dipinjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel (ZHN). Nilai pinjaman dibagi kembali sekitar 8,0% sebagai biaya sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN. Proses pemasangan sampai saat ini sedang berjalan. Kemudian, sekitar 6% untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, serta biaya karyawan.
- Sekitar 6% akan dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) sebagai modal kerja mereka. Penjabarannya adalah sebagai biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya penambangan.
- Masih terdapat sisa dana IPO, sebagai penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN). MIN akan menyetorkan modal dan meminjamkan kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP). Nilai penyertaan dan pinjmana masing-masing 50%. Pada tahap lanjutan, SIP akan membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik HPAL 1 yang berkapasitas 60.000 ktpa (HPAL 1a) di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP). Proyek ini merupakan bagian dari strategi usaha Perseroan dan Perusahaan Anak agar semakin terlibat dalam rantai nilai bahan baku strategis dan ke depannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.
Struktur pemegang saham sebelum pelaksanaan IPO:
- PT Merdeka Energi Nusantara 52,87 miliar saham (54,82%)
- Garibaldi Thohir 11,9 miliar saham (12.41%)
- Huayong Internasional Limited (Hong Kong) 8,14 miliar saham (8,45%)
- Winato Kantono 6,7 miliar saham (7,05%)
- PT Prima Langit Nusantara 4,4 miliar saham (4,64%)
- PT Prima Puncak Mulia 4 miliar saham (4,22%)
- Hardi Wijaya Liong 2,9 miliar saham (3,02%)
- Philip Suwardi Purnama 2,5 miliar saham (2,69%)
- Edwin Soeryadjaya 2,2 miliar saham (2,38%)
- Agus Superiadi 232,8 juta saham (0,24%)
- Trifena 80 juta saham (0,08%)
Struktur pemegang saham setelah pelaksanaan IPO:
- PT Merdeka Energi Nusantara 52,87 miliar saham (49,21%)
- Garibaldi Thohir 11,9 miliar saham (11,14%)
- Huayong Internasional Limited (Hong Kong) 8,14 miliar saham (7,58%)
- Winato Kantono 6,7 miliar saham (6,33%)
- PT Prima Langit Nusantara 4,4 miliar saham (4,16%)
- PT Prima Puncak Mulia 4 miliar saham (3,79%)
- Hardi Wijaya Liong 2,9 miliar saham (2,71%)
- Philip Suwardi Purnama 2,5 miliar saham (2,42%)
- Edwin Soeryadjaya 2,2 miliar saham (2,13%)
- Agus Superiadi 232,8 juta saham (0,22%)
- Trifena 80 juta saham (0,07%)
- Publik 11 miliar saham (10,24%)