Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Starlink, unit bisnis layanan internet berbasis orbit rendah (Low earth Orbit/LEO) dari SpaceX milik Elon Musk akan mampu meraih laba kotor setara EBITDA US$3,8 miliar (sekitar Rp60 triliun) tahun ini menurut perhitungan Quilty Space.

Dalam laporan terbarunya, pendapatan dari Starlink, yang juga telah masuk Indonesia dan mengantongi izin uji laik operasi (ULO), akan mencapai US$6,6 miliar (sekitar Rp105,6 triliun). Starlink juga akan membukukan arus kas positif pertamanya di 2024.

Analis Chris Quilty mengatakan dalam sebuah paparan pekan lalu menyatakan bahwa pendapatan Starlink akan melampaui gabungan dari bisnis sejenis, SES dan Intelsat—dengan potensi kenaikan pendapatan 80% dibandingkan 2023.

“Jika Anda ingin menempatkannya dalam konteks, SES dan Intelsat mengumumkan bahwa mereka akan bergabung—mereka akan memiliki pendapatan gabungan sekitar US$4,1 miliar (sekitar Rp65,6 triliun),” Quilty dikutip dari laporan, Senin (13/5/2024).

Starlink per akhir Maret kemarin memiliki pelanggan sebanyak 2,7 juta orang. Data SpaceX terakhir per September 2023, Starlink telah dinikmati oleh 2 juta pelanggan.

Hasil analisis dilakukan Quilty karena laporan keuangan Starlink tidak dipublikasikan, dan punya potensi ketidakakuratan. Quilty hanya perkiraan bisnis Starlink, tidak SpaceX secara menyeluruh.

Ilustrasi Starlink Indonesia. (Dok: Perusahaan)

Kontribusi Indonesia atas Bisnis Starlink 

Starlink telah melakukan pendekatan kepada pemerintah Indonesia, terendus sejak dua tahun lalu dan mengerucut di 2023 lewat pembicaraan Elon Musk dengan Menko Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Pasar yang luas membuat Starlink terus mengembangkan bisnis dengan mendirikan entitas PT Starlink Services  Indonesia (SSI).

SSI baru mengantongi izin uji laik operasi (ULO) dari Kementerian Kominfo dengan target beroperasi tahun ini, belum diketahui estimasi kontribusi pelanggan di Indonesia. Meski begitu Starlink Indonesia sudah mulai menjual paket perangkat dan jasa layanan internet satelit orbit rendah sebesar mulai dari Rp1,1 juta per bulan untuk biaya langganan dan biaya perangkat Rp7,8 juta.

Menteri Kominfo Budi Arie menyatakan bahwa izin ULO diberikan Starlink Indonesia usai perusahaan melakukan percobaan operasi di beberapa stasiun bumi milik perusahaan. Langkah selanjutnya adalah uji coba di kawasan IKN, sebagai manifestasi wilayah non perkotaan.

Pemberian izin yang diberikan kepada Starlink Indonesia juga sebagai upaya pemerintah meningkatkan akses konektivitas. Budi Arie menyatakan seluruh keputusan berbasis kepentingan nasional.

"Akses konektivitas untuk negara kepulauan seperti Indonesia sangat menantang, oleh karena itu, perlu alternatif dan inovasi teknologi agar semua masyarakat dapat terhubung ke layanan internet. Untuk mempercepat pemerataan konektivitas, pemerintah membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak, baik lokal maupun internasional," ucap Budi.

"Namun, pemerintah memastikan kepentingan negara adalah prioritas dalam setiap kolaborasi di bidang teknologi digital."

(wep)

No more pages