Banyak big tech memperluas pengaruh mereka terhadap sebagian besar ekonomi. Hal ini memungkinkan grup teknologi itu menghasilkan keuntungan yang stabil. Pasar menaruh harapan hingga memicu reli.
Investor semakin yakin bahwa mereka akan terus menjadi sumber keuntungan yang solid.
Inflasi di AS telah turun secara signifikan dari level tertinggi pada tahun 2022, tetapi melampaui ekspektasi ekonom selama tiga bulan pertama tahun ini dan tetap berada di atas target 2% bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed). Hal ini menyebabkan kenaikan harga, pada umumnya menjadi kekhawatiran terbesar di kalangan investor.
Mayoritas responden survei—59% dari 393 responden—menyebutkan bahwa kenaikan inflasi merupakan risiko utama yang dihadapi pasar keuangan saat ini hingga akhir tahun. Pembacaan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) berikutnya dijadwalkan pada hari Rabu pekan ini, dengan kemungkinan akan berada di kisaran 3,4%.
Sebagai contoh Nvidia, telah bertumbuh lebih dari enam kali lipat sejak inflasi pertama kali naik melebihi 2% pada Maret 2021. Kemudian Apple Inc, yang telah mengalami pasang surut, telah mengungguli pasar yang lebih luas dalam jangka waktu tersebut.
Dalam catatan, Apple telah naik lebih dari 50% dibandingkan dengan S&P 500 yang hanya bertumbuh sekitar 30%. Namun, seperti saham-saham bertumbuh lainnya, perusahaan-perusahaan teknologi sensitif terhadap perubahan inflasi dan suku bunga.
Valuasi mereka sebagian besar bergantung pada laba di masa depan.
Sekitar seperempat responden menuduh resesi AS sebagai risiko utama di tahun 2024. Dalam hal ini, obligasi negara dan bukan saham akan menawarkan ‘tameng’ yang lebih baik, hasil survei yang sama menunjukkan.
Ketahanan ekonomi yang mengejutkan, meskipun kebijakan moneter The Fed lebih ketat, telah membuat uang mengalir ke AS, di mana imbal hasil obligasi tinggi dan laba perusahaan terus tumbuh.
Aliran dana ini telah mendorong kenaikan baru dalam dolar AS, yang secara luas dipandang sebagai mata uang terbaik untuk menghadapi masa-masa gejolak pasar.
Sekitar nyaris tiga perempat responden mengatakan bahwa dolar adalah mata uang safe haven terbaik, dengan franc Swiss mendapatkan sekitar 23% suara dan yen Jepang sekitar enam kali lebih sedikit.
Di antara responden dari AS dan Kanada, dolar mendapatkan 86% suara, sementara di Eropa, 43% partisipan memilih mata uang Swiss.
Yen telah kehilangan statusnya sebagai mata uang safe haven karena depresiasi terhadap dollar dan karena kebijakan moneter Jepang yang sangat mudah, survei ini menunjukkan.
Kesenjangan antara suku bunga di Jepang dan AS telah membuat Yen jatuh ke level terendah sejak 1990 di awal tahun ini.
Emas naik hampir 15% tahun ini dengan People's Bank of China sebagai salah satu sumber permintaan terbesar. Dengan penyitaan aset-aset dolar Rusia setelah perang di Ukraina, banyak negara mencoba melakukan diversifikasi dari dolar, dan emas adalah salah satu yang paling diuntungkan.
Hanya 13% responden dalam survei MLIV Pulse yang mengatakan bahwa pencarian aset yang tidak selaras secara geopolitik telah menguntungkan Bitcoin.
Survei MLIV Pulse dilakukan di antara pembaca Bloomberg di terminal dan secara online oleh tim Markets Live Bloomberg. Daftar di sini untuk menerima survei di masa mendatang.
(bbn)