Logo Bloomberg Technoz

Dampak Badai Matahari Ekstrem 2024: Aurora hingga Mati Listrik

Redaksi
13 May 2024 12:10

Badai Matahari. (Dok: Braňo via Unsplash)
Badai Matahari. (Dok: Braňo via Unsplash)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badai geomagnetik, atau juga disebut badai matahari, yang langka dan kuat menghantam bumi akhir pekan lalu. National Oceanic and Atmospheric Adminstration (NOAA) mengatakan peristiwa atmosfer yang tidak biasa ini dimulai pada Jumat (10/05/2024) malam dan berlangsung sepanjang akhir pekan.

NOAA meningkatkan skala badai matahari yang semula G4 menjadi G5, yang merupakan badai paling kuat dalam skala G1 hingga G5. Dalam pernyataan resminya, NOAA mengatakan mereka belum pernah mengeluarkan peringatan sebesar ini selama lebih dari dua dekade. Badai G5 terakhir yang menghantam bumi tercatat pada Oktober 2003.

Para ilmuwan mengatakan badai matahari yang kuat dapat melumpuhkan listrik dan peralatan elektronik di seluruh dunia. Mereka mencatat, badai matahari yang menghantam bumi pada 2003 menyebabkan pemadaman listrik di Swedia dan merusak trafo di Afrika Selatan.

"Badai geomagnetik dapat berdampak pada infrastruktur di orbit dekat bumi dan di permukaan bumi, yang berpotensi mengganggu komunikasi, jaringan tenaga listrik, navigasi, radio, dan operasi satelit," kata NOAAA dalam sebuah pernyataan.

Namun, peristiwa anomali ini juga memberikan kesempatan langka bagi para penduduk AS untuk melihat aurora borealis, yang juga dikenal sebagai cahaya utara. Warga di Eropa utara hingga Australia juga ramai-ramai mengunggah foto aurora yang tampak dari lokasi mereka.